Sukses

Hadiri Konferensi e-Parliament di Chile, Ini Manfaat bagi DPR

Menurut Tantowi, meski Indonesia negara besar, harus belajar dari negara-negera kecil di Eropa, Pasifik, dan Afrika, terkait e-Parliament.

Liputan6.com, Jakarta - Sejak delapan tahun lalu, Inter-Parliament Union (IPU) yang merupakan 'PBB'-nya parlemen, menyelenggakan World e-Parliament Conference 2016, di Valparaiso, Chile.

Konferensi dua tahunan ini membahas penggunaan teknologi informasi (TI) bagi kemajuan demokrasi dan pemanfaatannya di parlemen.

"Forum ini menjadi penting dan menarik karena dijadikan ajang sharing anggota parlemen dari negara-negara yang terlebih dahulu menerapkan e-Parliament dengan negara-negara yang belum," kata politikus Partai Golkar Tantowi Yahya, kepada Liputan6.com, Kamis (30/6/2016).

Tantowi yang merupakan Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR mengatakan, sebagai anggota IPU aktif, DPR ikut dalam konferensi tersebut demi kepentingan parlemen ke depan.

"Forum tersebut menjadi penting dalam kaitan persiapan DPR RI menjadi e-Parliament, sebagaimana tuntutan zaman," kata dia.

Tantowi menjelaskan, tehnologi informasi dan digital adalah bagian tak terpisahkan dari keseharian masyarakat di hampir semua negara.

Kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan tuntutan kemudahan mengaksesnya, kata dia, menjadikan teknologi informasi dalam beragam bentuknya menjadi pilihan utama.

"Indonesia adalah salah satu negara dengan penetrasi internet tertinggi di dunia, dan tercatat sebagai negara dengan rakyat yang paling aktif di sosial media. Kondisi ini membuat DPR RI harus juga bermain di area yang sama," papar dia.

Tantowi Yahya saat menghadiri World e-Parliament Conference 2016, di Valparaiso, Chile.

Menurut Tantowi, meski Indonesia negara besar, harus belajar dari negara-negera kecil di Eropa, Pasifik, dan Afrika, terkait e-Parliament.

"Parlemen Finlandia sudah tidak lagi menggunakan kertas yang bertumpuk-tumpuk, ketika rapat kerja dengan pemerintah. Meski Finlandia sendiri adalah satu penghasil kertas terbesar di dunia. Sebagian besar tugas kedewanan di banyak negara sudah dilakukan secara elektronik dan digital," papar dia.

Penggunaan Media Sosial

Tantowi mencontohkan, di beberapa negara kecil di Afrika Barat dan Amerika Latin, komunikasi anggota parlemen dengan konstituen di daerah pemilihan sudah dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan sosial media seperti Facebook, Twitter, dan website.

"Voting di Parlemen Fiji sudah dilakukan secara elektronik," ujar dia.

DPR sendiri sudah memulai proses digitalisasi dalam rangka efisiensi kerja, dan membuka akses kepada publik terkait informasi. DPR juga sudah membuka jalur Twitter dan Facebook untuk saluran informasi rakyat ke wakil-wakilnya di Parlemen.

"Website terus diperbaiki. TV Parlemen yang selama ini jadi jendela DPR RI ke masyarakat terus ditingkatkan mutu siarannya," sambung dia.

"Apa yang didapatkan delegasi DPR RI dalam beberapa konferensi parlemen digital tersebut, akan menjadi bahan berharga dalam persiapan menjadikan DPR RI sebagai e-Parliament yang sesungguhnya," tandas Tantowi.
    
Dalam konferensi ini, selain diwakili Tantowi Yahya, juga politikus PDIP Yanti Sukamdani, serta dua staff TI dari Kesekjenan DPR RI.



**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.