Liputan6.com, Jakarta Kementerian Agama menggelar sidang isbat penentuan 1 Syawal 1437 Hijriah. Sebelum sidang berlangsung, ada pemaparan yang menunjukan pengamatan dan perhitungan secara hisab.
Anggota tim Hisab Rukyat Kementerian Agama Cecep Nurwendaya menjelaskan, ijtimak atau bulan baru secara internasional terlihat pada pukul 10.01 atau pukul 18.01 WIB. Pada tahun ini, garis 0 derajat ketinggian hilal ini membagi dua antara dunia bagian Utara dan Selatan.
"Peta ketampakan hilal di dunia, daerah merah (sisi Utara) hilal saat ini, magrib ini, tanggal mustahil terlihat. Karena ketinggian hilal negatif, terbenam dulu sebelum matahari terbenam. Di Indonesia, Australia, termasuk Timur Tengah," ujar Cecep di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Senin (4/7/2016).
Untuk di Indonesia, ketinggian hilal pada ijtimak pukul 18.01 WIB di Jakarta, terbenam matahari atau waktu magrib sebelum ijtimak. Artinya, hilal yang terlihat merupakan bulan tua dengan ketinggian -0,38 derajat.
Pos pantau hilal utama Indonesia yang berada di Pelabuhan Ratu juga menunjukkan hasil yang tak jauh berbeda. Tinggi hilal tercatat -0,78 derajat, jarak busur bulan dari matahari 4,53 derajat, umur hilal -12 menit 22 detik, dan fraksi iluminasi hilal 0,15%.
"Secara hisab 1 Syawal jatuh 6 Juli. Ini informasi, konfirmasi (Rukyat) kita tunggu nanti sidang isbat," ujar Cecep.
"Ketinggian hilal insya Allah akan mempersatukan syawal di dunia," pungkas Cecep.
Pantau Hilal di Surabaya
Sementara itu, Tim Falakiyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya memantau rukyatul hilal di Pantai Nambangan.‎ Pantauan ini menentukan akhir Ramadan dan awal Syawal.
Wakil Sekretaris PCNU Surabaya Moch Faisol menuturkan, saat rukyatul hilal tersebut, pihaknya melibatkan seluruh ahli falak dari PCNU Surabaya dengan dibantu MWC NU Bulak Surabaya.
"Hasil dari rukyah ini kami tidak berhasil melihat bulan dikarenakan tertutup mendung," tutur Faishol di Surabaya, Jawa Timur, Senin (4/7/2016).
Faishol menjelaskan, hasil dari rukyah hari ini akan tetap disampaikan ke Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) di Jakarta untuk selanjutnya dilaporkan ke pemerintah sebagai bahan sidang isbat.
"Untuk itu masyarakat diminta untuk menunggu hasil sidang isbat," kata Faishol.
Sementara itu, Ketua Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama Jatim KH Sofiyullah menegaskan bahwa insya Allah warga nahdiyin akan menggenapkan puasa 30 hari. Dan NU tetap akan menunggu hasil rukyatul hilal yang dilakukan oleh tim LFNU di beberapa titik di Jatim.
"Kita tetap menunggu keputusan atau kabar dari LFNU PBNU dan sidang isbat yang dilakukan oleh pemerintah RI," ujar KH Sofiyullah.
Advertisement