Sukses

Taman Nasional Kayan Mentarang Ditangani WWF

Taman Nasional Kayan Mentarang di Kaltim menyimpan keanekaragaman hayati. Hutan yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini kini menjadi prioritas utama untuk dilestarikan.

Liputan6.com, Malinau: Taman Nasional Kayan Mentarang layak dilindungi. Sebab, taman yang terletak di bagian utara Provinsi Kalimantan Timur ini menyimpan beraneka ragam hayati. Buktinya, World Wildlife Fund mengidentifikasi, hutan seluas 1,4 juta hektare ini menyimpan 2.000 ribu jenis pohon, sekitar 4.000 ribu tanaman kecil, dan berbagai jenis fauna. Di antaranya, lebih dari 300 jenis burung dan sejumlah satwa yang dilindungi, seperti beruang madu, rusa, macan dahan, landak, dan orang utan. Tapi, orang utan, sudah jarang nampak di kawasan ini. Itulah sebabnya, taman ini menjadi satu di antara 10 kawasan dunia yang memiliki keragaman hayati dan fauna. Hal itu diungkapkan Manager Proyek WWF Taman Nasional Kayan Mentarang Tonny Soehartono, baru-baru ini.

Tonny mengakui, memang, kawasan yang terletak pada ketinggian berkisar antara 2.000 dan 2.500 meter di atas permukaan laut dan mencakup lembah dataran rendah dan dataran tinggi pegunungan serta gugus pegunungan terjal yang terbentuk dari formasi sedimen dan vulkanis ini telah menjadi cagar alam sejak 1980-1996. Tapi, konsep kawasan cagar alam yang tak memperbolehkan penduduk berada di kawasan tersebut dipandang tidak sesuai. Sebab, masyarakat dayak telah berdiam di kawasan Kayan Mentarang lebih dari 300 tahun silam. Baru setelah 1996, pemerintah menyetujui perubahan kawasan ini menjadi taman nasional.

Tonny menjelaskan, hutan yang terletak di wilayah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan, Kaltim, ini terdiri 10 wilayah adat yang dihuni sekitar 16 ribu penduduk dari 50 desa. Komunitas dayak yang menghuni daerah itu di antaranya suku Kenyah, Lundayeh, Tagel, Saben, dan Punan. Mereka mengelola sumber daya alam yang ada di kawasan ini secara tradisional, seperti perburuan satwa, pencarian kayu, dan tanaman obat. Kendati demikian, mereka tetap bersungguh-sungguh menjaga hutan tersebut. Ini telah dibuktikan mereka selama beratus-ratus tahun.

Tonny menambahkan, kini kondisi hutan yang berbatasan langsung dengan Sabah dan Serawak, Malaysia, ini memprihatinkan. Sebab, pemberian izin penebangan kayu yang tak memikirkan konservasi alam dan penebangan ilegal menjadi penyebab. Itulah sebabnya, Taman Nasional Kayan Mentarang diprioritaskan dalam pelestarian keanekaragaman hayati dan budayanya yang masih tersisa. Hal ini pula, menurut Tonny, yang membuat WWF Indonesia memasuki kawasan tersebut.

Tonny menjelaskan, sebagai lembaga yang bergerak di bidang konservasi alam, WWF mempunyai rencana untuk mengelola Taman Nasional Kayan Mentarang. Mulai dari perencanaan kawasan, batas, dan zonasi menjadi bagian dari pengelolaan. Begitu pula pengelolaan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya, termasuk pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam. Selain itu, penelitian dan pengembangan kelembagaan dan pengembangan infrastruktur juga dilakukan.

Tonny mengungkapkan, sejauh ini WWF telah menjalankan berbagai kegiatan. Di antaranya, mensosialisasikan kepada masyarakat lokal tentang pentingnya keberadaan Taman Nasional Kayan Mentarang. Tujuannya untuk membangun kepedulian pada tingkat nasional dan internasional. Bila semua puhak peduli, ada kesediaan dana dari sejumlah lembaga bagi pengembangan Taman Nasional Nasional Kayan Mentarang. Begitu pula masyarakat yang ada di dalamnya.(AWD/Tim Liputan 6 SCTV)