Liputan6.com, Jakarta - Puluhan orangtua pasien yang cemas anaknya menjadi korban vaksin palsu langsung mendatangi Rumah Sakit Harapan Bunda, Jalan Raya Bogor, Ciracas, Jakarta Timur.
Mereka menuntut tanggung jawab pihak rumah sakit yang disebut telah menerima vaksin palsu berdasarkan data Kementerian Kesehatan.
Direktur Utama RS Harapan Bunda, Fina, mengungkapkan keprihatinan atas peristiwa penyebaran vaksin palsu di sejumlah rumah sakit. Ia juga membenarkan bahwa rumah sakitnya sempat menerima vaksin diduga palsu itu.
"Kami sampaikan, bahwa memang benar, di RS Harapan Bunda pernah ada edaran vaksin yang diduga palsu. Dan itu sedang diselidiki oleh Bareskrim," ujar Fina di hadapan puluhan keluarga pasien di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur, Kamis malam 14 Juli 2016.
Berdasarkan hasil pemeriksaan penyidik Bareskrim Polri dan Satgas Kementerian Kesehatan, diketahui vaksin palsu yang beredar di RS Harapan Bunda berjenis pediacel. Vaksin tersebut umumnya digunakan untuk mengimunisasi pasien dari penyakit folio dan tetanus.
"Vaksin itu masuk bulan Maret sampai awal Juni 2016 ini. Tapi besok kita koordinasi lagi dengan tim dokter spesialis anak untuk membuka kembali data kami. Akan kami verifikasi dengan tim Bareskrim Polri dan Kemenkes," papar dia.
Verifikasi, kata dia, akan dilakukan dengan menggunakan data administrasi pasien vaksin yang dimiliki rumah sakit. Jika pembayaran tidak melalui kasir resmi rumah sakit, vaksin yang diberikan bisa dicurigai palsu.
"Ketika bapak ibu terima suntik vaksin dari kami, kan ada billing. Dari situ akan kelihatan. Kalau (pembayaran) dari kasir, pasti asli," tandas Fina.
Namun penjelasan dari orang nomor satu di RS Harapan Bunda itu tidak bisa memuaskan para orangtua pasien. Massa pun terus menghujani sejumlah interupsi dan pertanyaan dengan nada tinggi. Kondisi itu pun membuat Fina kebingungan.
"Intinya pihak rumah sakit akan tanggung jawab," ucap Fina.
Namun tidak diketahui tanggung jawab dalam segi apa yang akan dilakukan rumah sakit. Sebab, belum selesai Fina menjelaskan, massa kembali menghujani sejumlah pertanyaan dan ungkapan kekesalan atas manajemen rumah sakit. Fina pun mengakhiri penjelasannya.
Namun saat hendak keluar dari kerumunan massa, Fina nyaris menjadi bulan-bulanan para orangtua yang marah. Berdasarkan pantauan Liputan6.com di lokasi, aksi dorong-dorongan tak terelakkan saat Dirut RS Harapan Bunda itu masuk ruangan dengan dikawal ketat polisi.
Situasi berangsur kondusif setelah Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes M Agung Budijono berusaha mencairkan suasana. Polisi berjanji akan mengawal dan mengamankan keluhan masyarakat terhadap dugaan penggunaan vaksin palsu di RS Harapan Bunda.
"Kami sudah koordinasi. Saya minta tolong RS besok buka posko, mendata pasien. Kapasitas saya di sini menjaga keamanan bagaimana bapak ibu semua aman," ucap Agung.
Pihaknya mengaku baru mendapatkan informasi jika ada rumah sakit di wilayahnya yang menggunakan vaksin palsu. Sebab, selama ini proses penyelidikan dilakukan langsung oleh Bareskrim Polri.
"Kalau mau cek saya harus ke Bareskrim. Kita juga akan verifikasi periode kapan saja, vaksin jenis apa saja yang palsu. Itu saya bantu bapak sekalian untuk fasilitasi komunikasi dengan RS," pungkas dia.