Sukses

Cerita Orangtua Ditawari Vaksin oleh Perawat RS Harapan Bunda

Vaksin ditawarkan oleh suster dengan harga yang lebih mahal.

Liputan6.com, Jakarta - Berita Rumah Sakit (RS) Harapan Bunda yang terlibat dalam peredaran vaksin palsu membuat panik para orangtua yang membawa anaknya imunisasi di sana. Mereka datang ke RS dengan membawa rasa panik akan keselamatan sang anak.

Kecurigaan sebenarnya sudah muncul dari pengalaman yang lalu. Salah satunya ketika ada perawat yang menawarkan vaksin tanpa melewati RS.

Mereka pun tidak percaya, meskipun pihak RS sudah memberikan pernyataan bahwa vaksin palsu yang beredar hanya sejak Maret hingga Juni 2016. Hal itu diungkapkan salah satu orangtua bernama Rahmat.

"Saya tidak percaya karena adik saya ditawari vaksin di bulan Februari. Waktu itu stok Pediacel sedang kosong katanya. Tapi ada suster yang menawarkan," ujar Rahmat di RS Harapan Bunda, Kramatjati, Jakarta Timur, Jumat (15/7/2016).

Rahmat menambahkan, karena sudah waktunya mendapatkan imunisasi, mau tidak mau adiknya itu mengambil vaksin tersebut.

Begitu pula yang dialami oleh orangtua pasien lainnya, yakni Intan Nugraha. Dia sempat menerima tawaran perawat. Ketika itu, perawat menawarkan vaksin karena stok di RS habis.

Intan tidak curiga, karena meskipun mahal, dia ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Vaksin yang mahal, dikatakan sang suster tidak akan membuat anak demam.

"Alasan suster, kuitansi stok vaksin habis, jadi ini secara pribadi. Saya ditawari karena saya gak tahu-menahu. Vaksin palsu awalnya belum ada jadi saya percaya saja. Dokter bilang mumpung ada," ujar Intan.

Sementara, orangtua korban vaksin palsu lain yakni Erlis, siang ini sudah bertemu dengan pihak RS bersama dengan beberapa orang lainnya.

Dia mengaku mendapatkan keterangan dari pihak RS, bahwa vaksin palsu yang beredar kemungkinan besar tidak akan melewati kasir dalam pembayaran vaksinnya.

"Kalau tadi pihak komite RS bilang, imunisasi yang pakai kuitansi dan bayar di kasir itu aman. Tapi kalau bayarnya tidak lewat kasir, itu bahaya," jelas Erlis.

Namun Erlis belum percaya dan masih menunggu keterangan dari pihak RS bersama orangtua lainnya.