Sukses

Bocah 11 Tahun di Bogor Rawat Sendiri Nenek dan Ibu yang Sakit

Tidak ada waktu untuk bermain bagi Putri Bunga Sahendra. Pulang sekolah, dia harus bergegas memberi makan nenek dan ibunya yang sakit.

Liputan6.com, Bogor - Kala teman sebayanya sibuk bersekolah dan bermain, Putri Bunga Sahendra (11), harus menjalani kehidupan yang berbeda. Seorang diri, siswi kelas enam SD ini harus mengurus nenek dan ibu kandungnya yang sakit.

Kehidupan yang berat ini sudah dijalankan Putri selama satu tahun. Sudah setahun terakhir, nenek Putri, Suhaemi (63) mengalami sakit liver. Sedangkan ibunya Herawati (35) sakit demam rematik akut sejak 6 bulan lalu. Keduanya tidak bisa berjalan akibat sakit parah.

Dengan sabar, anak semata wayang Herawati ini merawat keduanya di rumah sangat sederhana di Kampung Bojong Neros RT 05/13, Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

Padahal, Putri masih memiliki ayah tiri yang sayangnya tinggal di tempat berbeda dengan sang istri pertama.
Tidak ada waktu untuk bermain bagi Putri Bunga Sahendra. Pulang sekolah, dia harus bergegas memberi makan nenek dan ibunya yang sakit. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Diusia yang masih sangat belia itu dia harus berjuang sendirian merawat ibu dan neneknya yang sakit. Bukan hanya itu, sejak pagi Putri harus menyiapkan sarapan untuk ibu dan neneknya.

Setelah urusan makan pagi selesai, Putri melanjutkan kegiatannya dengan mencuci piring dan pakaian kotor milik nenek dan ibunya. Usai mengerjakan pekerjaan itu, Putri lalu menyiapkan seragam sekolah untuk dirinya.

Meski harus menanggung beban yang begitu berat, namun kondisi tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk menuntut ilmu di sekolah. "Saya ingin jadi dokter. Supaya nanti bisa mengobati ibu dan bisa sehat kembali," ucap Putri, Senin (18/7/2016).

Sepulang sekolah, Putri tidak bergabung dengan temannya untuk bermain atau sekadar membeli jajanan sekolah. Dia akan bergegas pulang untuk merawat ibu dan neneknya. Sebelum sampai rumah, dia selalu mampir ke warung untuk membeli nasi untuk kedua orang tercintanya itu.

Setibanya di rumah, Putri langsung menuju ke sebuah tempat tidur ibunya di sebuah ruangan bekas warung neneknya itu. Setelah itu, menghampiri tempat tidur neneknya yang disekat oleh sebuah lemari reot.

Nasi yang dibelinya di warung kemudian dia berikan untuk ibu dan neneknya. Dalam kondisi susah seperti ini, Putri mengaku tak mengetahui bagaimana dia bisa membiayai diri untuk masuk SMP.

Dia semakin kebingungan jika memikirkan biaya untuk melanjutkan pendidikan dan menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter.

Sementara itu, nenek Putri, Suhaemi mengaku memiliki lima orang anak yang semuanya sudah menikah. Dari lima anak tersebut, tiga di antaranya tinggal di luar kota. Meski kelima anaknya kerap mengirim uang, namun belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tak jarang para tetangga memberi bantuan ala kadarnya karena bantuan dari anak-anaknya kerap kali tak mencukupi. "Ya semua anak saya juga hidup pas-pasan. Dikasih uang sama anak habis buat beli obat. Makan juga kalau ada yang ngasih, kita makan," tutur Suhaemi.

Dia bercerita pernah didaftarkan sebagai peserta jaminan kesehatan nasional (JKN) di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mandiri oleh anaknya. Namun saat dirujuk, dia ditolak rumah sakit karena belum membayar klaim iuran BPJS.

"Setelah berbulan-bulan sakit parah, giliran Herawati (ibu Putri) jatuh sakit 6 bulan lalu. Kalau dia sama sekali engga punya BPJS," kata dia.

Akibat tak memiliki biaya pengobatan keduanya hanya berharap bantuan dari pemerintah setempat untuk membantu biaya pengobatan mereka.