Sukses

Cerita 12 Hari Baku Tembak Satgas Tinombala dengan Santoso Cs

Baku tembak sebenarnya sudah berlangsug sejak dua pekan sebelum tertembaknya pria diduga Santoso di Pegunungan Tembarana.

Liputan6.com, Jakarta - Medan berat tidak menyurutkan tim gabungan untuk mengejar kawanan teroris Santoso di kawasan hutan Poso, Sulawesi Tengah. Alhasil, Senin 18 Juli sore kemarin, aparat TNI dan Polri yang tergabung dalam Satgas Tinombala melumpuhkan dua terduga teroris, salah satunya diduga Santoso.

"Untuk dipahami kontak tembak dimulai dari 10-12 hari lalu," kata Komandan Satgas Tinombala Kombes Leo Bona Lubis, saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (19/7/2016).

Di sisi lain, masing-masing kelompok bergerak membentuk barikade untuk menutup akses rute yang dilalui Santoso Cs. Sampai akhirnya, pasukan bertemu di Pegunungan Tambarana, Poso Pesisir.

"Kemungkinan kelompok ini menduga tidak ada aparat di sana," tutur Leo.

Saat belasan personel gabungan bertemu dengan lima orang kelompok bersenjata, kontak tembak pecah, sekitar pukul 18.30 WITA. Dua orang dinyatakan tewas.

"Saya menduga kuat yang tewas dalam kontak tembak adalah Santoso," kata Leo, Senin malam kemarin.

Dugaan itu bukan tanpa dasar. Dari ciri-ciri salah satu jasad tersebut memiliki tahi lalat di wajahnya. Selain juga dua wanita dan seoran pria yang berhasil lolos dalam upaya penyergapan tersebut.

"Mereka adalah akhwat atau istri Santoso yang selama ini menemani Santoso di hutan," kata Leo.

Tidak hanya kepolisian, pihak TNI pun memiliki dugaan kuat bahwa jasad teroris dalam baku tembak itu adalah Santoso. "Dua orang meninggal salah satu cirinya berjenggot dan mempunyai tahi lalat yang cirinya dicurigai mirip Santoso," ujar Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Tatang Sulaiman.

Soal keterlibatan para istri tersebut memang tidak dipungkiri. Berdasarkan pengakuan dua anak buah Santoso yang memilih membelot, Ibadu Rohman (19) alias Ibad alias Amru serta Muchamad Sonhaji alias Fakih (21).

Mereka, kata Leo, sudah tidak sependapat dengan Santoso yang membawa istri dan anak. Sementara Santoso sendiri melarang para pengikutnya untuk membawa keluarga, termasuk anak dan istri.

"Jihad itu meninggalkan anak-istri, tapi Santoso sendiri malah bawa istri baru," kata Leo.

Kepala BIN Sutiyoso, melalui pesan singkat, membuka tiga identitas perempuan yang turut dalam 'gerilya' Santoso, mereka adalah Jumiatun Muslimayatun istri Santoso asal Bima, Tini Susanti istri Ali Kalora asal Poso, dan Murni Usman istri Basri alias Bagong asal NTB.

Saat ini tim masih berupaya melakukan evakuasi jasad diduga Santoso. Hujan deras berakibat evakuasi tidak bisa dilakukan dengan segera, karena medan yang cukup berat. Jarak Poso Pesisir dengan Poso adalah 60 kilometer. Tiba di Poso Pesisir tim harus berjalan menyusuri hutan sejauh 8-10 kilometer.

"Evakuasi dilakukan dan pengejaran kelompok lainnya tetap berjalan," kata Leo.