Liputan6.com, Jakarta - Seperti mendapat angin segar, para orangtua yang sejak beberapa pekan khawatir anaknya terpapar vaksin palsu, berbondong-bondong mendaftarkan diri ke Rumah Sakit Harapan Bunda.
Sejak kasus vaksin beredar di rumah sakit anak itu, memang banyak orangtua yang komplain dan protes ke pihak manajemen rumah sakit itu. Bahkan, mediasi antara kedua pihak berjalan alot.
Baca Juga
Vaksin ulang secara cuma-cuma itu merupakan agenda pemerintah, dalam hal ini, Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi bersama Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, serta Rumah Sakit Polri Said Sukanto.
Advertisement
Dokter senior Rumah Sakit Polri Komisaris Besar Danang Pamudji mengatakan, vaksin ulang ini ditujukan untuk semua anak yang pernah vaksinasi di Rumah Sakit Harapan Bunda, tanpa terkecuali.
"Jadi kalau dari satgas (Penanggulangan Vaksin Palsu) itu, memvaksin yang sudah teridentifikasi menerima vaksin palsu. Kalau kami, yang terindikasi, teridentifikasi semuanya akan kami vaksin ulang selama mereka membawa buku vaksin RS Harapan Bunda," kata Danang di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur, Selasa (19/7/2016).
Caranya, para orangtua cukup mendaftar dan menunjukkan bukti si anak penerima vaksin di RS Harapan Bunda. Setelah itu, orangtua dan anak akan diberi kesempatan berkonsultasi dengan dokter spesialis anak.
Jika hasil konsultasi dengan dokter merekomendasikan si anak perlu vaksinasi ulang, maka penyuntikan antigen ke dalam tubuh anak pun dilakukan.
"Kalau semisal ada keluhan-keluhan khusus, kami akan beri surat rujukan ke orangtua untuk membawa anaknya ke RSPAD dan RS Polri," jelas Danang.
Selama tim medis mengontrol kegiatan ini, banyak orangtua yang menginginkan adanya pemeriksaan darah bagi si anak. Karena itu, tim medis banyak memberikan surat rujukan.
"Sudah divaksin lengkap semuanya di sini. Lalu kalau orangtua bilang 'saya mau memastikan ini, gimana, apa bisa tes darah? Kami rujuk," kata Danang.
Sementara, korban vaksin palsu Marlon Hutaehean mengaku sedikit lega dengan adanya vaksinasi ulang ini. Belakangan, ia sangat khawatir anaknya yang berobat di RS Harapan Bunda tahun lalu menjadi korban vaksin palsu.
Warga Jalan Poltangan Jakarta Timur itu meminta tim medis memberikan rujukan periksa darah, supaya ia dapat mengetahui terbentuk atau tidaknya kekebalan tubuh si buah hatinya yang masih berumur 2,8 tahun itu.
Ayah Sarah Elisa ini mengaku sudah tidak percaya lagi dengan kualitas dokter dan obat-obatan di RS Harapan Bunda. "Ini ke depannya jadi pelajaran buat saya untuk pilih-pilih rumah sakit dan dokter," tandas pria 38 tahun itu.