Liputan6.com, Jakarta - Aksi teror yang ditebar kelompok bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT), pimpinan Santoso di wilayah Poso dan sekitarnya, tampaknya bakal berakhir.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (21/7/2016), dalam 1-2 tahun terakhir, nama Santoso memang berada di urutan pertama sosok yang paling diburu.
Baca Juga
Lebih dari 1.000 pasukan TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Tinombala, menyisir kantong-kantong persembunyian mereka di wilayah pegunungan Biru, Poso. Baku tembak terjadi beberapa kali.
Advertisement
Dan pada Senin 17 Juli lalu merupakan akhir pelarian pria bernama Abu Wardah. Peluru pasukan Kostrad menerjang pimpinan Mujahidin Indonesia Timur itu hingga tewas bersama seorang anak buahnya, Muchtar.
Sepeninggal Santoso, beberapa nama diperkirakan akan menggantikan pentolan teroris Poso tersebut. Di antaranya Basri, orang kepercayaan Santoso.
Ada pula Ali Koro, yang juga tangan kanan Santoso. Juga nama Amham Mubaroq alias Amham, yang diketahui cukup ahli merakit bom.
Namun pengamat terorisme Al Chaidar menilai, efek tertembaknya Santoso berpengaruh pada masa depan MIT atau kelompok teroris Poso.
Setelah ditinggal pemimpin dan jumlah anggota menipis, sulit bagi kelompok Santoso untuk bergerak. Malah pengajar di Universitas Indonesia ini memprediksi, sisa kelompok Santoso akan lari ke Mindanao, Filipina.
Siapa pun pemimpin MIT, kini Satgas Tinombala terus memburu 19 orang pengikut Santoso. Mereka masih bersembunyi, berpindah-pindah di pegunungan Biru, Poso.