Liputan6.com, Bogor - Lima tahun silam, Kampung Mantarena Tonggoh, Kelurahan Panaragan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, mencanangkan diri sebagai kawasan bebas asap rokok. Sampai hari ini, semangat tersebut masih terjaga.
Ide membuat kampung bebas asap rokok muncul ketika warga menggelar pertemuan mingguan. Saat itu muncul sebuah ide membentuk kawasan bebas asap rokok.
"Warga akhirnya sepakat dan mulai mensosialisasikan gerakan ini," kata Ketua RT 05/03, Pursanyata, Minggu (24/7/2016).
Ide tersebut rupanya mendapat sambutan positif. Selama kurun waktu lima tahun, dari 130 jiwa, hanya 10 persen perokok aktif.
"Kami tidak melarang. Kalaupun masih ada yang merokok, mereka lakukan di luar lingkungan RT atau di pos ronda," ujar Pursanyata.
Dengan begitu warga yang ingin merokok tak lagi merokok di jalan atau pekarangan, namun di lokasi yang memang disediakan secara khusus.
"Ini dibuat agar seluruh warga, baik perokok maupun bukan, merasa nyaman," kata dia.
Larangan merokok juga berlaku bagi para pendatang atau tamu saat berkunjung ke permukiman yang berlokasi di pusat kota itu.
Menurut dia, tidak ada paksaan untuk mengikuti aturan yang telah disepakati bersama, tetapi lambat laun warga mulai malu merokok sembarangan.
"Tidak ada hukuman yang diterapkan kepada warga. Kalau mereka ingin merokok yang penting tidak terlihat di mata umum," tutur Pursanyata.
Meski demikian, anggota keluarga juga sudah memiliki kesadaran yang baik tentang bahaya merokok. Pecandu rokok akan malu sendiri bila merokok diketahui oleh tetangga hingga anak-anak.
"Larangan ini sampai mempengaruhi anak-anak kecil. Mereka yang menegur kalau ada pedagang lewat atau warga yang melintas sedang merokok. Padahal mereka tidak kami perintahkan," terang Aos Rosid, salah seorang warga RT 05/03.
Aos mengaku kebiasaan merokoknya mulai berkurang sejak satu tahun terakhir ini. "Saya perokok juga, tapi tidak separah dulu. Kebiasaan ngerokok berkurang mungkin karena kebiasaan di rumah, jadi terbawa ke tempat kerja," kata dia.
Kisah Kampung Tanpa Asap Rokok di Bogor
Ide tersebut rupanya mendapat sambutan positif. Selama kurun waktu lima tahun, dari 130 jiwa, hanya 10 persen perokok aktif.
Advertisement