Akademisi Ingatkan Pentingnya Bersanad dalam Belajar Agama Islam

Ilustrasi - Santri mengaji di masjid. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Akademisi agama Islam, Muhammad Sofin Sugito mengingatkan pentingnya belajar agama secara metodologis dan bersanad (berguru). Hal itu disampaikan Sofin dalam acara Inspirasi Sahur: Islam dan Kebangsaan yang digelar BKNP PDIP, Jumat (7/5/2021).

"Problematika yang kita hadapi saat ini adalah banyaknya orang yang semangat sekali belajar agama tetapi mereka kemudian menggunakan penafsirannya sendiri dalam mengambil kesimpulan-kesimpulan hukum yang terkadang justru bertentangan dengan kaidah-kaidah agama," kata Sofin.

Dosen UIN Sultan Hasanuddin Serang, Banten itu juga menyoroti maraknya generasi muda yang cenderung belajar agama Islam secara otodidak, namun tidak memperhatikan metodologi dalam beragama.

Sofin menuturkan bahwa di dalam Islam, beragama itu seyogyanya didasarkan dengan ilmu. Hal itu didasarkan pada firman Allah SWT yang artinya, "Jangan sekali-kali engkau berpendapat dan memberi keputusan tanpa dasar ilmu".

"Berpendapat atau melakukan tafsir itu memiliki risiko karena nantinya hal tersebut akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Hal tersebut tidak dapat dilakukan tanpa dasar ilmu pengetahuan dengan menjadikan Rasullullah SAW, sebagai mercusuar atau cahaya dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Rasullullah SAW, memiliki murid, ia mewariskan ilmunya kepada muridnya tersebut, kemudian turun hingga ke para ulama," tuturnya dikutip dari Antara.

Pengajar Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences ini menyampaikan bahwa dari ulama, seringkali muncul kaidah-kaidah yang disebut sebagai metodologi agar lebih mudah dipahami dan dapat dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT dengan baik.

"Dalam hadis Nabi SAW dinyatakan bahwa Allah SWT yang menghendaki seseorang hamba dengan kebaikan maka ia akan dipintarkan dalam majelis ilmu. Ilmu itu tidak bisa diperoleh kecuali harus belajar dengan guru untuk memperoleh pemahaman. Karena manusia tentu tidak mungkin mempelajari sesuatu dari hal yang kosong, akan tetapi harus dari sumber informasi yakni guru," ujar Sofin Sugito.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Tidak semua yang Anda dengar harus Anda sampaikan. Sebelum menyampaikan, paparkanlah masalah yang akan Anda informasikan pada tuntunan agama

2 dari 2 halaman

Sanad Keilmuan Bung Karno

Presiden pertama Indonesia Sukarno (AFP)

Pentingnya bersanad atau berguru, kata dia, salah satunya adalah untuk memverifikasi informasi. Bahkan seorang Presiden Soekarno pun kala itu juga memiliki sanad keilmuan Islam yang jelas dari HOS Cokroaminoto yang pernah berguru dengan Ki Ageng Muhammad Besari dan jika dirunut ke atas merupakan murid Ki Ageng Donopuro yang juga merupakan murid Panembahan Senopati dan seterusnya.

Bung Karno juga setiap ingin mengambil keputusan penting negara juga meminta saran Kyai Hasyim Asy’ari. Namun, hal tersebut yakni terkait dengan sanad keilmuan nampak kurang familiar pada generasi muda saat ini.

"Untuk mendalami makna filosofis dan hikmah dalam beribadah dan beragama, wajib hukumnya memiliki guru. Orang yang memiliki transfer misi keguruan itu adalah bagian dari mengokohkan ilmu agama. Kalau tidak ada transfer ilmu pengetahuan maka orang akan semaunya dalam berbicara agama," tuturnya.

Seperti belajar agama melalui Youtube, itu sangat dimungkinkan hanya mengetahui dasarnya saja karena terbatas dengan waktu, tema dan lain sebagainya.

"Keterbatasan ini sangat memungkinkan bagi yang mendengarkan akan salah paham atau paham sedikit kemudian langsung diamalkan, itu sangat berbahaya, karena sejatinya pendalaman perlu dilakukan dengan mulazamah atau bertatap muka dengan guru," kata Sofin Sugito.