Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi atau Kemenristekdikti belum lama ini membuat suatu terobosan. Yakni mereformasi pendidikan tinggi dan kebangkitan inovasi bidang teknologi di Tanah Air, demi meningkatkan daya saing bangsa di dunia internasional.
"Bagaimana sumber daya manusia yang diproses di pendidikan tinggi untuk menghasilkan terhadap daya saing bangsa. (Mencetak) sumber daya (manusia) yang berdaya saing," ucap Menristekdikti Muhammad Nasir saat berbincang di Kantor Redaksi Liputan6.com, SCTV Tower, Senayan, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Untuk mendukung hal itu, menurut pria yang mengantongi gelar doktor dari Universiti Sains Malaysia, ada mekanisme pendidikan melalui jalur akademik dan vokasi atau politeknik. "Ke depan lulusan vokasi itu harus dimanfaatkan dan diserap kalangan industri."
Advertisement
Menristekdikti juga menyoroti adanya peneliti atau inovator di Tanah Air yang lebih memilih bekerja di luar negeri lantaran merasa tak terfasilitasi di Indonesia.
Baca Juga
"Saya melihat kebijakan-kebijakan selama ini memungkinkan peneliti lari ke luar negeri. Karena apa? Karena para peneliti tak mendapat suatu ruang yang baik, tak mendapatkan suatu penghasilan yang baik," tutur Nasir.
Mengantisipasi hal itu, atas usulan Kemenristekdikti, Kementerian Keuangan mengeluarkan peraturan mengenai pemberian insentif bagi para peneliti. "Insentifnya mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 1,6 miliar, yang selama ini belum pernah ada," Menristekdikti mengungkapkan.
"Supaya pertanggungjawaban lebih baik, para peneliti menjadi lebih betah di Indonesia. Harapan saya ke depan agar penelitian itu menjadi suatu pekerjaan yang menarik agar para peneliti tetap betah di Indonesia," Nasir menandaskan.
Selanjutnya, bagaimana kesiapan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang bakal digelar di Solo, Jawa Tengah pada 9-11 Agustus mendatang? Selengkapnya simak wawancara khusus Liputan6.com dengan Menristekdikti Muhammad Nasir berikut ini.
Â