Liputan6.com, Mataram - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan sudah saatnya menjadikan Indonesia sebagai sumber pemikiran Islam dan sumber pembelajaran Islam dunia.
"Sudah saatnya Indonesia menjadi sumber pemikiran Islam dunia, menjadi sumber pembelajaran Islam dunia, negara lain harus juga melihat dan belajar Islam di Indonesia," kata Presiden saat membuka MTQ ke-26 Tingkat Nasional yang dilangsungkan di Astaka Utama Islamic Centre, Kota Mataram, Lombok seperti dikutip Antara, Sabtu (30/7/2016) malam.
Hal itu menurut Presiden karena Islam di Indonesia sudah seperti resep obat yang paten yakni Islam washatiyah, Islam yang moderat. Sedangkan kalau dilihat negara-negara lain masih mencari-cari formula Islam yang ideal.
Advertisement
"Oleh sebab itu saya sudah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang pendirian Universitas Islam Internasional," kata Jokowi.
Harapan Presiden, universitas itu akan menjadi sumber ilmu, sumber kajian Islam, sumber cahaya moral Islam, dan benteng bagi tegaknya nilai-nilai Islam yang berkeseimbangan, Islam yang toleran dan Islam yang egaliter.
Presiden juga berharap MTQ Nasional mampu menyejukkan hati masyarakat sebagaimana hati yang melafalkan Alquran. "Kita pun ingin kehidupan berbangsa dan bernegara juga sejuk damai dan indah," kata Jokowi.
Presiden mengajak seluruh pihak untuk menjaga kebersamaan dalam berbangsa dan bernegara sekaligus menjaga optimisme dalam menghadapi tantangan yang semakin sulit terutama tantangan global.
"Jadikan MTQ Nasional dan Konferensi Islam Internasional Washatiyah sebagai stimulan untuk meningkatkan penghayatan, kecintaan, dan pengamalan ajaran Islam yang rakhmatan lil alamin," kata Jokowi.
Saat rampung memberikan sambutan, Presiden memukul gendeng beleg sebagai tanda peresmian Pembukaan MTQ Tingkat Nasional Tahun 2016. Setelah pemukulan gendeng beleg oleh Presiden juga disajikan atraksi 26 penabuh gendang beleg.
Pembukaan MTQ Nasional dan Konferensi Islam Internasional Washatiyah itu juga dihadiri 30 duta besar dari negara sahabat, terutama dari negara-negara Timur Tengah dan para gubernur dan bupati/wali kota dari berbagai provinsi di Tanah Air.
Acara tersebut juga disaksikan sekitar 5.000 orang dari para kafilah, termasuk masyarakat NTB.