Liputan6.com, Jakarta - Freddy Budiman telah tiada. Namun, gembong narkoba yang menjalani eksekusi mati pada 29 Juli lalu itu, masih menyisakan misteri.
Aparat penegak hukum disebut-sebut telah bekerja sama dengan Freddy, dalam kasus peredaran narkoba. Hal ini diungkapkan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar.
Haris mengungkapkan pernyataan Freddy melalui akun Facebook-nya baru-baru ini, bahwa dirinya pernah bertemu terpidana mati kasus impor 1,4 juta butir ekstasi itu.
Kekasih Freddy, Anggita Sari pun meyakini pernyataan Haris. Dia tak kaget mendengar cerita adanya oknum pejabat yang dekat dengan kekasihnya.
"Saya tidak heran. Sekaligus saya juga prihatin sebenarnya dengan eksekusi mati yang harus ditanggung Freddy sendirian," kata Anggita Sari saat berbincang dengan Liputan6.com, Minggu 31 Juli 2016.
Anggita pun menyesalkan eksekusi mati yang hanya menimpa Freddy. Sebab, ada pihak lain yang terlibat jaringan dengan kekasihnya.
"Ini seperti tidak adil saja. Saya tidak meragukan itu kok. Mas Freddy itu memang enggak pernah cerita, soalnya dia juga enggak pernah mengeluh dengan keadaan dan soal adanya setoran," ujar dia.
Anggita juga mengetahui adanya pertemuan Freddy dengan oknum pejabat tinggi. Namun, dia tidak kenal siapa dan apa jabatan orang-orang yang terlibat dengan Freddy.
Setiap ada pembicaraan atau pertemuan, mereka termasuk yang diistimewakan. Hal itu diketahui saat Anggita mengunjungi Freddy di Lapas Cipinang 2014 lalu.
"Saya tahunya waktu di Cipinang. Mas Freddy setiap saya telepon atau pas lagi kunjungan kan saya hubungi dulu tuh," ungkap Anggita.
Kendati, Anggita tak pernah mendapat cerita langsung dari Freddy, soal adanya oknum pejabat tinggi yang ikut 'bermain' narkoba. Sebab, Freddy dinilai sosok yang tak mau ambil pusing dan buka mulut soal transaksi atau peredaran narkoba.
"Dia cool aja. Saya tidak pernah sih secara khusus diceritakan. Tapi dia selalu bilang, 'Biasa tadi pertemuan sebentar sama hmmmh'. Dia mah beneran santai aja," ujar dia.
Saking istimewanya, semua kebutuhan Freddy selalu terpenuhi ketika ditahan di Lapas Cipinang, Jakarta Timur. "Saya tidak meragukan (cerita itu). Saya kan kenal Mas Freddy."
"Ya saya cuman minta masyarakat bisa melihat terang, kenapa Mas Freddy kok diistimewakan sekali? Bagaimana Mas Freddy di Cipinang, terus Mas Freddy itu masih bisa aja (transaksi)," kata dia.
Hidup dalam sel penjara yang menurut kebanyakan orang seperti di neraka pun terbantahkan. Saat itu, Freddy justru terlihat aman dan menjadi warga VIP. Anggita pun bebas mengunjunginya.
Pesawat Jet
Freddy juga bercerita kepada Anggita, setiap pemindahan atau penjemputan dirinya selalu menggunakan pesawat khusus.
"Ya bagaimana enggak bingung, padahal semua kan tahu kerjaan Mas Freddy tidak baik. Tapi itu dijemput naik jet terus di dalam (Cipinang) masih bisa aja (transaksi narkoba). Saya enggak jenguk Mas Freddy pas dipindah ke Nusakambangan aja," ujar dia.
Anggita berkomunikasi dengan Freddy pada akhir tahun lalu. Saat itu, kebetulan dia menemani keluarga Freddy yang ingin menjenguk.
"Seingat saya sekitar akhir tahun lalu. Waktu itu sama adiknya (Freddy) Joni dan ada keluarga lain. Yang pasti, saya mau bilang ke masyarakat supaya lihat sisi lain dari cerita Freddy. Prihatin pastinya lihat curhatan Mas Freddy," kata dia.
Anggita juga yakin cerita Freddy soal upeti atau uang pelicin, agar bisa bebas menjalankan bisnis haram mungkin saja terjadi. Terlebih, Anggita merasakan Freddy diistimewakan saat berada di Lapas Cipinang.
"Hari gini siapa yang tidak butuh uang sih, Mas, siapa coba? Harusnya masyarakat juga adil dan bisa buka mata soal cerita Mas Freddy," kata Anggita di Jakarta, Selasa 2 Agustus 2016.
Saat ini, kata Anggita, harta yang paling berharga adalah kejujuran. Untuk itu harusnya setiap oknum dari penegak hukum yang diduga terlibat bisa ditelusuri dan ditelisik.
"Jujur adalah harta paling berharga sekarang. Saya prihatin sebenarnya mendengar cerita Mas Freddy yang kini ramai di berita. Semoga ini juga membuka mata masyarakat agar bisa melihat hal yang terjadi. Sekali lagi saya ikut prihatin kalau memang ya itu (aparat bermain) terjadi," beber dia.
Advertisement
Bahkan, Anggita menegaskan, jika saja saat itu Freddy mau jujur dan bicara di hadapan media, negara akan terkejut.
"Kalau dia (Freddy) dan saya mau curhat jujur, negara pasti akan kaget," kata Anggita ketika dihubungi Liputan6.com dari Jakarta, Selasa 2 Agustus 2016.
Anggita Sari mengaku mengetahui sebagian curhatan mantan bos copet itu, yang disampaikan kepada Haris. Namun, dia mengatakan enggan membeberkan detail soal informasi yang dibagi Freddy saat masih berada di Lapas Cipinang.
"Saya tahu dan nanti semua kaget. Saya enggak mau jadi dibilang begini (cari sensasi) atau apa pandangan orang ke saya. Yang jelas saya itu prihatin dengan hukum di sini," tegas Anggita.
Negara Terkejut
Polri menyatakan akan mengkaji secara mendalam informasi Anggita dan Haris. Ini lantaran kabar tersebut sudah berembus sejak dua tahun lalu.
"Kita tahu itu peristiwa sudah diperoleh dua tahun lalu," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu 31 Juli 2016.
"Kemudian yang kedua, kalau kita mau konfirmasi ke Pak Freddy, Pak Freddy-nya sudah tidak ada. Jadi kita menghadapi kondisi seperti itu," sambung dia.
Boy menegaskan, pada prinsipnya Polri berkomitmen menegakkan hukum masalah profesionalisme aparat. Apalagi adanya keterlibatan anggota Polri dalam tindak pidana narkoba.
"Itu yang menjadi prioritas Bapak Kapolri bahwa narkoba suatu kejahatan yang menjadi prioritas," ujar Boy.
Mantan Deputi bidang pemberantasan BNN Benny Mamoto menyesalkan Haris Azhar. Sebab, informasi itu dianggapnya dapat menghancurkan institusi pemberantasan narkoba.
"Saya kasihan masyarakat sudah kemakan isu dan menghujat institusi. Kepercayaan publik jadi hancur kepada kita, padahal kita membangun kepercayaan publik itu tidak mudah," ujar Benny Mamoto kepada Liputan6.com, Jakarta, Sabtu 30 Juli 2016.
Benny yang merupakan orang yang mengungkap dan menangkap Freddy Budiman menegaskan testimoni gembong narkoba itu tak bisa dipertanggungjawabkan. Apalagi tulisan yang disebar oleh Haris Azhar tidak bisa ditelisik kebenarannya.