Sukses

6 Fakta Baru Perjalanan Sianida di Kopi Mirna

Akankah bukti dan keterangan ahli tersebut memperkuat bahwa Jessica adalah pembunuh Mirna dengan menggunakan sianida?

Liputan6.com, Jakarta - Sidang ke-10 terdakwa Jessica Kumala Wongso dalam perkara pembunuhan berencana Wayan Mirna Salihin, menyingkap fakta-fakta baru. Dua ahli yang dihadirkan membeberkan keahliannya seputar kematian Mirna Salihin.

Akankah bukti dan keterangan ahli tersebut memperkuat bahwa Jessica adalah pembunuh Mirna dengan menggunakan sianida?

Fakta-fakta itu terkuak dari bukti scientific yang dikumpulkan dokter forensik Rumah Sakit Bhayangkara Pusat Raden Said Sukanto, dr Slamet Poernomo, dan Kepala Bidang Kimia dan Biologi Laboratorium Forensik Bareskrim Polri, Komisaris Besar Nursamran Subandi.

Berikut fakta-fakta terbaru persidangan Jessica Wongso, Rabu 3 Agustus 2016, yang dirangkum Liputan6.com:

1. Tidak Autopsi Menyeluruh

Di hadapan Majelis Hakim Kisworo, dr Slamet Poernomo mengungkap fakta bahwa pihaknya tidak melakukan autopsi menyeluruh terhadap jasad Mirna Salihin. Penasihat hukum Jessica, Otto Hasibuan sontak kaget setelah mendengar fakta tersebut. Sebab, yang ia ketahui selama ini jasad telah diautopsi secara keseluruhan.

"Kita baru tahu dia tak diautopsi hari ini," kata Otto.

"Sidang pertama dia bilang diautopsi seluruhnya tidak ada berkas yang mengatakan hanya mengambil sampel," tambahnya.

"Masa menentukan matinya orang hanya ambil sampel lambung, biasanya autopsi seluruh tubuh," dia menuturkan.

Sementara itu, Slamet menjelaskan, meski standar autopsi dilakukan dari kepala sampe kaki, namun ada pengecualian autopsi tidak dilakukan menyeluruh.

"Kalau sebab-sebab lain bukan karena sianida tidak sespektakuler ini. (Sakit) jantung tidak pernah mengalami perlukaan di bibir. Jantung tidak kejang-kejang, tidak kepanasan," jelas dr Slamet.

2 dari 3 halaman

Jumlah Sianida di Kopi Mirna

2. Jumlah Sianida di Kopi Mirna

Kombes Nursamran Subandi mengungkapkan, jumlah pasti natrium sianida (NaCN) yang ditelan Wayan Mirna Salihin dalam sekali menyedot es kopi Vietnam adalah sekitar 20 mililiter (ml). Kesimpulan ini diperoleh setelah timnya 20 kali mengambil sampel barang bukti sisa kopi yang diminum Mirna melalui sedotan.

"Untuk itu kami harus tahu isi (sianida) dalam sedotan berapa banyak. Kami lakukan uji coba dengan sedotan yang sama, bahan yang sama. Dari 20 sedotan, dirata-rata (sianida) itu sekitar 20 ml," ucap Nursamran.

Oleh Nursamran dan tim forensik, tingkat konsentrasi sianida dalam 20 mililiter kopi Mirna dideteksi sekitar 15 gram per liter. "Bukan 15 gram per gelas ya."

Lanjutnya, jika gelas berisi es kopi Vietnam di Kafe Olivier mampu menampung 300-350 ml larutan kopi, maka banyaknya sianida yang dimasukkan pembunuh Mirna berjumlah 5 gram.

"Dari kronologi, laporan polisi yang kami baca, korban sempat sekali menyedot larutan kopi bersianida. Kalau dalam gelas ada sekitar 300 sampai 350 mililiter, sianida yang dimasukkan sekitar 5 gram," Nursamran menjelaskan.

Jumlah ini dinilai tidak cukup untuk merenggut nyawa seseorang. Dengan berat badan korban (60 kg), sekitar 172 miligram sianida atau 1,72 gram baru berpotensi mematikan.

"Hampir dua kali lipat besarnya yang masuk di tubuh korban. Apalagi dia melampaui 172 miligram. Untuk korban seberat 60 kg akan mati," sebut dia.

3. Pembunuh Mirna Pintar

Sianida merupakan senyawa kimia yang bersifat korosif atau merusak permukaan benda. Meski demikian, reaksi kimia semacam itu akan hilang jika sianida terkena asam basa atau berada di suhu panas (temperatur tinggi). Pemahaman ini dikuasai betul oleh orang yang meracuni Mirna.

Pembunuh Mirna menggunakan Vietnamnese Ice Coffee sebagai media meracun karena cara penyajiannya melibatkan air panas dan es. Diketahui minuman kopi asal Vietnam itu disajikan dengan cara meletakkan bubuk kopi dalam alat dripper.

Setelah itu, air panas dituang ke dripper untuk mengekstrak kopi. Dimana selanjutnya tetes demi tetes larutan kopi jatuh ke dalam gelas di bawah dripper, yang sudah diberi es batu serta susu kental manis. Sehingga tetap membuat minuman itu dingin meski berasal dari air yang panas.

"Jadi pelaku ini cukup smart, Yang Mulia. Pelaku ini pintar. Dia tahu sifat-sifat sianida, kalau kena panas bagaimana. Makanya dia pilih minuman es," ungkap Ahli Toksikologi Nursamran di hadapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Saat proses larutan kopi menetes itulah diduga ada yang menaruh sianida di gelas Mirna. Hingga warna khas Vietnamnese Ice Coffee menguning seperti kunyit.

3 dari 3 halaman

Detik-Detik Sianida Larut

4. Detik-Detik Sianida Larut

Nursamran menyatakan dirinya mengantongi waktu saat sianida masuk ke dalam kopi Mirna, yaitu sekitar pukul 16.30 sampai 16.45 WIB.

Penghitungan Nursamran pun dicocokan Tim Majelis Hakim dengan jam di rekaman CCTV saat kopi disajikan di meja 54, tempat Jessica menunggu kedatangan Mirna dan Hani.

"Nah itu kelihatan ya, kopi diantar jam 16.24 WIB," kata Hakim Anggota Binsar Gultom.

Hakim pun mengingatkan Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) untuk mempersiapkan Ahli Digital Forensik guna menelaah gerak-gerik Jessica di CCTV Cafe Olivier, pada sidang selanjutnya.

"Makanya JPU untuk selanjutnya tolong dipersiapkan dengan benar-benar ini ahli-ahlinya. Tolong dipastikan untuk Ahli IT-nya datang disidang berikutnya," tutup Binsar.

5. 'Gula' Sianida

Nursamran menduga kuat sianida yang masuk ke dalam Vietnamnese Ice Coffee Mirna berbentuk zat padat sebelumnya. Semisal berwujud kristal seperti gula. Kemungkinan sianida berbentuk zat cair, kecil.

"Kita tidak bisa pastikan (sianida) dalam bentuk apa. Tapi dari fakta yang kita temukan, kemungkinan besar dalam bentuk padat," ujar dia.

Lalu bagaimana cara kristal-kristal itu cepar larut?

"Itukan bisa dihaluskan. Bisa ditumbuk, gampang sekali pecah karena tidak keras," kata Nursamran.

6. Garukan Tangan Jessica

Dokter Slamet Poernomo, dokter forensik RS Polri mengatakan sianida yang beririsan dengan kulit manusia akan memberikan efek luka pada kulit.

"Kalau sianida dalam jumlah besar, apalagi dalam bentuk cairan, itu akan menyebabkan perlukaan pada kulit. Kalau bubuk, gatal saja karena tidak terserap," kata Slamet di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu 3 Agustus 2016.

Slamet melalui reka ulang tayangan CCTV, menjelaskan bagaimana Mirna yang mulanya tampak sehat kemudian setelah meneguk kopi menjadi tak nyaman dengan mengibas-ngibas mulutnya, kejang-kejang, dan akhirnya meninggal.

"Dari gejala-gejala itu kami menyakini, dalam hal tadi, itu sesuai dengan racun sianida," Slamet menandaskan. (Winda Priscillia)

Â