Liputan6.com, Madinah - Sebagian besar jemaah haji Indonesia masuk dalam kategori lansia dan memiliki risiko kesehatan yang tinggi (risti). Salah satu tantangan yang harus diperhatikan adalah reaksi penyesuaian ketika mereka tiba di Arab Saudi.
Menurut dokter spesialis kejiwaan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Mekah, Ika Nurfarida, perjalanan yang sangat jauh, cuaca panas, dan budaya yang berbeda berpotensi memberikan tekanan yang kuat sehingga berakibat stres dan berujung pada disorientasi atau linglung.
Selain itu, mereka juga bisa kebingungan karena bertemu ribuan calon haji lain dari berbagai negara. Jemaah seperti ini tidak boleh terlepas rombongan. Sebab, kejadian disorientasi yaitu banyak ditemukan berawal dari terpisah rombongan lalu tersesat jalan.
Advertisement
"Jemaah tidak tahu arah jalan pulang, tidak memakai sandal sehingga kakinya lecet dan mengalami masalah kesehatan," terang Ika di Kantor KKHI, Khalidiyah di Mekah, Kamis 18 Agustus 2016.
Ika mengatakan, jika ada jemaah yang bingung dan mengalami disorientasi, langkah pertama adalah memberi minum yang banyak, kemudian diberi makan kurma, lalu dekati secara personal untuk bisa menenangkan.
"Jika tidak dapat diatasi, hubungi dokter terdekat," imbuh Ika.
Ika mengatakan, pentingnya edukasi kepada jemaah haji Indonesia terkait hal ini sehingga bisa terhindar dari disorientasi. KKHI juga membentuk tim promosi - preventif (TPP) untuk menekan kejadian seperti itu. Salah satu tugasnya adalah mengedukasi jemaah haji agar dapat mengukur kemampuan fisiknya.Â
"Jika melakukan ibadah, harus selalu mengukur kemampuan. Jangan sampai aktivitas yang dilakukan melampaui kapasitas jemaah itu sendiri," Ika menandaskan.