Liputan6.com, Jakarta - Pria bertubuh gempal dan bertato tribal di lengan kirinya itu tak bergerak lagi. Noda merah di sebelah kiri baju olahraga warna putihnya itu berbau amis, akibat semburan darah dari jantungnya.
Pria bertato itu tak lain adalah Lew Keng Wah, anggota sindikat narkoba asal Malaysia yang dihadiahi timah panas berkaliber 32 dari polisi. Ia terpaksa ditembak, setelah sempat duel dengan tiga polisi di dalam sedan Honda City saat berada di Jalan By Pass Jakarta Timur.
"Sebentar, kami lagi bawa dia (Lew Keng Wah) ke Bekasi," ujar Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Suhermanto, lewat sambungan telepon kepada Liputan6.com, Jumat malam 19 Agustus 2016, sebelum baku tembak itu terjadi.
Advertisement
Suhermanto tiba-tiba menutup teleponnya. "Saat itu mobil diberhentikan, karena dia (Lew) minta diturunkan untuk buang air kecil," kata Suhermanto pada Minggu (21/8/2016).
Suhermanto menceritakan detik-detik pengedar narkoba yang dikendalikan napi asal Aceh itu terpaksa ditembak. Saat mobil berhenti, tak ada kecurigaan. Namun, dua polisi tetap siaga. Lew yang diborgol dengan kedua tangannya mengarah ke belakang dilepaskan. Pintu mobil bagian penumpang dibuka.
"Saat pintu dan borgol dibuka, dia meraih senjata yang ada di pinggang petugas," cerita Suhermanto.
Duel pun terjadi. Lew yang bercelana pendek putih itu beberapa saat kemudian berhasil merampas revolver yang berisi lima peluru tajam.
"Duarrr...." Satu peluru meletus ke arah sopir.
"Lew langsung menembak saat dapat senjata dari anggota, tapi tembakannya cuma mengenai kaca depan mobil," kata Suhermanto.
Tembakan Lew langsung dibalas polisi dengan satu tembakan peringatan. Beberapa detik kemudian, Lew malah mengarahkan moncong senjatanya ke polisi yang memberi peringatan.
Sementara, seorang polisi lainnya dengan sigap membidik tubuh pria asal Malaysia itu. "Demi keamanan dan melindungi diri, serta tindakan tegas, petugas terpaksa menembaknya," kata Suhermanto.
Lew tersungkur, pistol di tangannya terlepas. Seperti orang linglung dan kehabisan tenaga, Lew hanya memegangi dadanya. Sebuah peluru bersarang di sana.
"Kami sempat bawa dia ke rumah sakit, tapi di jalan udah keburu meninggal," terang Suhermanto.
Mobil Mewah
Mantan Kapolsek Taman Sari ini ikut dalam penangkapan Lew. Ia bersama jajarannya sudah mengintai anggota sindikat narkoba internasional sejak lima bulan lalu.
Sejak awal kedatangan ke Indonesia, Lew memang sudah dibuntuti. Sebab, beberapa jaringan narkoba yang terendus mengarah kepada Lew, yang sering keluar masuk Indonesia dengan visa wisata.
Jejak bandar sabu yang beroperasi di lembaga pemasyarakatan atau penjara ini berakhir. Namun, polisi terus mengusut jaringan Lew.
Keberadaan Lew terungkap setelah beberapa hari sebelumnya tiga pria pengangguran tertangkap di depan terminal Kalideres, Jakarta Barat. Mereka membawa satu kilogram sabu dan 250 butir ekstasi.
Saat polisi mengembangkan kasus ini, tiga orang ini buka mulut. Mereka sindikat pengedar narkoba di Lapas Salemba. Kelengahan petugas lapas jadi celah masuk. Mereka juga beroperasi dengan rapi, mobil-mobil mewah jadi kedok mereka.
Saat ini, baru empat lapas yang terendus terlibat jaringan Lew. Yakni Lapas Karawang, Lapas Salemba, Lapas Bulak Kapal, dan Lapas Gunung Sindur.
Dalam bertransaksi, Lew dan jaringannya berkamuflase dengan mobil mewah yang mereka kendarai. Soal surat-surat mobil memang dilengkapi, di dalamnya diselundupkan berkilo-kilo sabu. Mulai dari jok mobil sampai bagasinya berisi penuh sabu.
"Transaksinya itu langsung serahkan kunci mobil, susah mendeteksinya," kata Suhermanto.
Namun, berkat kegigihan dan kesabaran lima bulan pengintaian akhirnya membuahkan hasil. Jaringan Lew terungkap.
Kini, Satuan Narkoba Polres Metro Jakarta Barat punya tugas baru, membersihkan kroni-kroni Lew dan puluhan bandar besar yang masuk radar.
"Kita tetap gali terus, jaringan itu terus tumbuh, kita lawan terus," kata Suhermanto.
Jaringan Pak Cik
Sementara itu, dalam keterangan resmi kepolisian menyebutkan, Lew ditangkap bersama seorang WNI bernama Sardiyanto alias Yangke. Mereka ditangkap di parkiran Mall of Indonesia (MOI), Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat 19 Agustus 2016, sekitar pukul 22.30 WIB.
Sardiyanto alias Yangke ditangkap dengan barang bukti satu kardus besar berisi 20 bungkus bruto, masing-masing satu kilogram sabu, dalam bagasi sedan Honda City bernomor polisi H 7369 AM.
Sementara, dari tas dan tangan Lew disita dua ponsel, paspor, dan tas berisi kartu identitas serta sejumlah kartu lainnya.
Usut punya usut, jaringan kelompok ini diduga dikendalikan narapidana bernama Pak Cik dari Aceh, yang berada di Lapas Karawang, Jawa Barat. Dia diduga mengendalikan jaringan yang berada di Lapas Salemba, Lapas Bulak Kapal, dan Lapas Gunung Sindur.
Dalam pengungkapannya, polisi memakai under cover atau penyamaran, pengintaian, dan pelacakan dengan teknologi berbasis internet. Lalu, kelompok ini terpantau akan bertransaksi di daerah MOI, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Sebelumnya sudah dibuntuti dari daerah Subang, Jawa Barat," jelas Suhermanto.
Sesaat setelah bertransaksi, kedua tersangka berhasil ditangkap dengan menyita barang bukti yang disimpan di kardus yang tersimpan dalam mobil Honda City bernomor polisi H 7369 AM. Malam itu juga, polisi membawa Lew ke sebuah hotel di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, untuk penggeledahan dan pengembangan.
"Setelah dari hotel, Lew Keng Wah kemudian dibawa untuk menunjukkan tersangka dan jaringan lainnya ke daerah Bekasi," ujar Suhermanto.
"Sekitar jam 02.45 WIB, tersangka memohon untuk buang air. Dan kami berhenti di Jalan By Pass Jakarta Timur, saat itulah kejadiannya," kata Suhermanto.
Lew merupakan target operasi dan target utama. Ia sudah lama masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Dalam jaringan ini, Lew berperan sebagai pengendali narkoba dari Malaysia ke Indonesia berkerja sama dengan napi jaringan Aceh di Lapas Karawang.
Gencarnya penangkapan kurir, pengedar kelas teri, pengedar kecil, hingga pengedar besar dan bandar narkoba, membuat harga sabu melambung tinggi.
"Sekarang enggak bisa lagi lu beli gopek (Rp 500 ribu). Seji (satu paket kecil) aja udah 1,5 (Rp 1,5 juta)," ujar seorang pemakai di kawasan Kembangan, Jakarta Barat kepada Liputan6.com, Sabtu malam 20 Agustus 2016.
Harga sabu yang naik tiga kali lipat itu, membuat beberapa pecandu mengoplosnya. Bermodal obat-obatan pereda demam dan sakit kepala, mereka meraciknya menjadi serbuk memabukkan.
Advertisement