Liputan6.com, Jakarta - Sepuluh orangtua pasien dokter Indra meminta penyidik menangguhkan penahanan dokter spesialis anak yang berpraktik di RS Harapan Bunda, Jakarta, ini.
"Kami mohon untuk dapat dipertimbangkan upaya penangguhan penahanan terhadap sang dokter dengan alasan kemanusiaan," tutur Ketua Koalisi Stay Trust Dokter Indra, Faisal Ismail Talib, di Kantor KPAI Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/8/2016), membela tersangka vaksin palsu itu.
Bukan tanpa alasan, perwakilan dari orangtua pasien dokter Indra itu mengaku masih sangat percaya dengan kredibilitas pengobatan dr Indra. Sebab, bagi mereka, hanya tersangka yang mengerti bagaimana penanganan anak-anak mereka.
"Semoga bisa ditangguhkan penahanannya dan bisa berobat lagi ke beliau jika anak kami sakit. Bukan kita enggak percaya dengan dokter lain, tapi mohon maaf tidak sama penanganannya. Anak-anak kami juga udah punya ikatan lah sama itu dokter. Jadi sugestinya itu mereka yang tadinya panas demam pas ketemu dokter Indra langsung turun," jelas Faisal.
"Kami minta perlindungan anak-anak kami karena penanganannya hanya beliau yang mengerti historinya," lanjut dia.
Salah satu orangtua pasien dokter Indra, Elianti (38) mengatakan, tiga anaknya sejak kecil telah menjadi pasien dokter tersebut. Dia sendiri terhitung sudah 16 tahun mempercayakan pemeriksaan medis anak-anaknya mulai dari anak pertama ke dokter Indra.
"Saya sudah 16 tahun dari tahun 2000. Anak saya tiga-tiganya di dokter Indra. Paling kecil kelas 1 SD," kata Elianti di Kantor KPAI.
Dia menjelaskan, anak pertamanya yakni Aska (16) masih sangat bergantung pada Dokter Indra. Aska merupakan pasien pengobatan demam rematik.
"Yang nomor 1 kelas 2 SMA kena demam rematik dan harus terus ditangani tiap bulan oleh dokter Indra. Dia kena pas kelas 3 SMP. Itu penyakit yang menyerang anak-anak sampai usia 17 tahun," terang dia.
Setiap bulan, Aska harusnya mendapat pengobatan dan disuntik oleh Dokter Indra. Menurut rekap medis, anak Elianti itu masih harus menerima suntikan selama 3 tahun ke depan.
"Caranya itu susah nyuntiknya. Dokter Indra doang yang tahu tekniknya. Itu obatnya bubuk kalau enggak pinter nanti malah mengental. Kan dicairkan dulu. Obatnya itu kalau dikasih ke dokter lain agak susah. Sudah dua bulan anak saya tidak disuntik, sekarang saya mesti berobat ke klinik," keluh Elianti.
Dia pun berharap permohonan penangguhan penahanan dokter Indra bisa dikabulkan dan dapat kembali menangani penyakit anaknya itu. "Saya mau dokter Indra tidak dicap seperti itu lagi. Dibilang mukanya beriman tapi hatinya iblis. Dia itu tidak jahat dan sangat care dengan anak-anak," tutup Elianti.