Liputan6.com, Depok - Dinas Kesehatan Kota Depok, Jawa Barat menemukan zat berbahaya yang ada pada jajanan sekolah. Dari hasil pengujian sampel didapati 4,7 persen jajanan itu mengandung Rhodamin B dan Natrium Siklamat.
"Beberapa waktu lalu kita melakukan uji sampel di 32 Sekolah Dasar (SD) dan 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Setiap kecamatan kebagian 3 SD untuk diambil sampelnya," ujar Kepala Bidang Perbekes dan POM Dinas Kesehatan Kota Depok May Haryani kepada Liputan6.com di Depok, Kamis (25/8/2016).
May menjelaskan, pihaknya mengambil 297 sampel jajanan anak sekolah, baik makanan maupun minuman. Di antaranya bakso, lontong, bakwan, sosis, es sirup, es puter, susu kedelai, dan lain sebagainya. Parameter yang diperiksa yakni Borax, Formalin, Rhodamin B dan Natrium Siklamat, Benzoate, Ecoli, Salmonella.
Advertisement
"Ada tujuh paratemer yang diperiksa. Tahun 2015 yang sekolahnya pernah positif bahan berbahaya kita periksa lagi, sisanya sekolah baru. Kegiatan ini dalam rangka pengawasan bahan berbahaya terhadap pangan," kata May.
Dari 297 sampel jajanan anak itu diketahui 13 sampel positif Natrium Siklamat dan 1 sampel positif Rhodamin B. Kandungan Siklamat itu ditemukan di jajanan teh kemasan, es teler, es puter, susu kedelai dan lain-lain. Sedangkan kandungan Rhodamin atau pewarna tekstil terdapat di dalam gulali.
"Dari 297 yang postif ada dua paratemer yaitu Siklamat dan Rhodamin B," ucap May.
Dia menuturkan kandungan Siklamat atau pemanis buatan akibat pengenceran yang kurang maksimal dilakukan para pedagang sehingga konsentrasinya menjadi pekat. Misalnya pedagang es keliling. Supaya memberikan rasa manisnya, mereka menggunakan zat Siklamat tanpa memikirkan kadar yang diperbolehkan.
"Mereka (pedagang ini) kurang dalam pengenceran," tutur May.
Pada 2015, pihaknya mengambil 231 sampel. Diketahui 10 sampel positif mengandung Siklamat, dan 3 sampel mengandung Escherichia Coli. Kandungan Escherichia Coli ditemukan disejumlah minuman ringan, karena ketika itu banyak pedagang yang menggunakan es batu balok.
"Persentasenya tahun lalu 5,6 persen jajanan sekolah yang mengadung zat berbahaya. Tahun ini persentasenya menurun menjadi 4,7 persen," ucap May.
Dia mengimbau pihak sekolah berkoordinasi dengan Badan POM dan Puskesmas untuk membina pedagang yang ada di sekitar sekolah. Selain itu agar orangtua memberikan bekal dari rumah. Sehingga anaknya bisa terbebas dari jajanan sekolah.
"Pedagangnya juga harus memenuhi syarat pengolahan pangan yang baik. Termasuk perlindungan diri yang baik," pungkas May.
Â