Liputan6.com, Mekah - Petugas kesehatan haji telah menggagas sejumlah langkah dalam menangani jemaah haji saat proses Arafah dan Mina (Armina). Pada puncak haji ini, cuaca panas diprediksi menerpa Arab Saudi.
Bentuk penanganan baru tersebut di antaranya dengan menyiapkan tim promosi dan preventif serta gerak cepat.
Baca Juga
"Tim gerak cepat dilengkapi dengan peralatan untuk pertolongan pertama pada jemaah dan tentunya kita telah kerja sama dengan pemerintah Arab Saudi untuk siapkan mekanisme evakuasi yang ada," kata Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), Khalidiyah-Makkah, Rabu, 31 Agustus 2016.
Advertisement
Sedangkan tim promosi dan preventif bekerja untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan jemaah. Mekanismenya, ujar Anung, dengan menyosialisasikan berkala ke kloter terkait kesehatan, prediksi suhu, tips dan trik penggunaan masker, sprayer dan lainnya.
Untuk jumlah personel dalam tim promosi dan preventif, total ada 46 orang. Jumlah tersebut sama dengan tim gerak cepat yang berasal dari gabungan personel.
Mereka terdiri dari tim kesehatan sebanyak 40 orang, dan sisanya tenaga musiman (temus) yang bertugas memandu jemaah dalam proses Arafah, Mina, dan Muzdalifah.
Tak hanya itu, juga ada penambahan tenaga kesehatan dari Madinah sebanyak 56 orang. Gabungan personel itu bakal digerakkan di maktab-maktab hingga klinik emergency yang tersebar di Arafah dan Mina.
Selain itu, ada juga 27 ambulans yang bisa diakses tim kesehatan Indonesia. Tujuh ambulans disiapkan mengevakuasi bila ada jemaah yang meninggal. Sisanya untuk mengevakuasi apabila ada tindakan medis yang harus dilakukan.
Listrik Mati
Tak hanya itu, tim kesehatan juga mempersiapkan hal terkait masalah cuaca. Pada puncak haji, suhu udara di Mekah diprediksi mencapai hingga 50 derajat Celcius. Hal ini pun menjadi perhatian khusus bagi tim kesehatan, terutama dalam mengawal jemaah yang berisiko tinggi.
Tak hanya itu, persoalan aliran listrik yang tahun lalu padam, juga akan menjadi catatan tersendiri. Ada beberapa jurus yang diterapkan agar masalah itu tak kembali terulang.
"Jadi memang tahun lalu diidentifikasi power di shutdown akibat beban karena dipaksakan penggunaan AC dan penggunaan peralatan. Sekarang lebih disesuaikan yang tak terlalu membebani," Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Muchtaruddin Mansur di tempat yang sama.
Di samping itu, lanjut dia, ketika meninjau instalasi power, pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan Kemenkes Arab.