Sukses

Mensos Khofifah Ungkap Curhatan 7 Anak Korban Gay Brondong

Intinya ketujuh anak ini mereka menginginkan ada kebahagian di rumah mereka.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengatakan ketujuh anak yang diamankan Bareskrim Mabes Polri terkait kasus prostitusi untuk gay hanya menginginkan kebahagiaan di dalam rumah hingga akhirnya tergabung dalam kegiatan prostitusi tersebut.

"Intinya ketujuh anak ini menginginkan ada kebahagian di rumah mereka. Ada yang menyampaikan, misalnya, sampai umur 13 tahun dia bahagia, rumahnya seperti surga. Setelah itu di rumah itu sering berantem, setelah itu tidak ada orang di rumah yang mau mendengarkan dia, sampai suatu saat ada yang mau mendengarkan keluhan dia dan mengajak dia dan seterusnya," ungkap Khofifah usai rapat dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Kamis (1/9/2016).

Ia menyebut, hasil dari rapid assessment atau penilaian cepat yang dilakukan Kementerian Sosial (Kemensos) bisa dijadikan petunjuk awal bagi anak-anak untuk dilakukan psychosocial. Psychosocial adalah gangguan yang didiagnosis ketika orang tidak bisa berurusan dengan pertemuan sosial. Khohifah mengaku ke tujuh anak yang telah dibawa ke Bareskrim ini akan diberikan psychosocial therapy di Rumah Perlindungan Anak Kemensos.

"Tadi malam tujuh anak yang sudah dibawa ke Bareskrim kemudian dilimpahkan proses psycosocial theraphy-nya di Rumah Perlindungan Anak Kemensos," kata dia.

"Keluarganya juga ikut mengantar, kecuali dua anak yang memang sedang ditelusuri orang tuanya. Jadi dua anak ini dari daerah yang agak jauh. Saya sempat ketemu tujuh anak kemarin, yang tidak didampingi orangtuanya," sambung dia.

2 dari 2 halaman

Korban Mengontrak Bersama

Menurutnya, kasus prostitusi online ini terungkap karena patroli siber Bareskrim Mabes Polri. Sehingga, rentetan kejadiannya bisa  dirunut kalau memang benar sengaja disiapkan untuk kaum gay. Karena itu, Khofifah menilai kasus ini sangat spesifik.

Saat bertemu dengan ketujuh anak, Khofifah pun sempat menanyakan bagaimana mereka tinggal selama ini. Dan mereka ternyata selama ini tinggal bersama-sama dan mengontrak.

"Rupanya mereka kontrak bersama anak-anak 15-16 tahun, mereka jauh dari keluarganya. Akhirnya mereka diajak untuk melakukan itu (prostitusi anak untuk gay)," papar Khofifah.

"Saya sudah mengakses rapid assessment-nya tadi pagi. Rapid assessment dari tujuh anak. Setelah itu mereka lanjut medical checkup ke Rumah Sakit Polri Kramat Djati. Insya Allah akan dilanjutkan assessment ke tujuh anak itu," sambungnya.

Dia menyebut sementara dari hasil rapid assessment ketujuh anak kemungkinan kebutuhan terapinya tiga sampai empat minggu. Ketujuh anak tersebut harus mendapatkan psychosocial therapy di Rumah Perlindungan Anak Kemensos ini.

"Tapi bahwa prioritas adalah para orangtua, yang tiga ini kan anaknya masih sekolah, maka diminta segera memintakan semacam surat pindah sementara supaya anak ini bisa sekolah. Yang tadinya di sekolah formal ya akan disegerakan untuk masuk sekolah, tetap didampingi pekerja sosial dari perlindungan anak," terang Khofifah.

Soal bekerja sama dengan kementerian lain, Khofifah menegaskan akan menggandeng Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).

"Dari PPPA tentu, kemudian KPAI tentu, ini kan sebetulnya RPSA Rumah Perlindungan Sosial Anak ini sudah lama dan proses psychosocial therapy yang dilakukan di dalamnya itu juga sebetulnya cukup komprehensif. Karena konsularnya juga cukup berpengalaman," tandas Khofifah.