Liputan6.com, Jakarta Gembong narkoba yang telah dieksekusi mati Freddy Budiman, menyebut tiga nama aparat dalam video testimoninya.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menegaskan, tiga nama aparat itu disebut bukan terkait aliran dana namun soal hal lain.
Baca Juga
"Dari video disampaikan, Freddy tidak pernah menyebut aliran dana ke anggota Polri. Dia (Freddy) menceritakan bagaimana dia mulai berubah, dulu preman dan pelaku narkotik. Lalu cerita dia punya jaringan sampai berubah di lapas," ungkap Tito saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Senin (5/9/2016).
Advertisement
Tak hanya itu, Tito pun menceritakan sebagian isi dari video testimoni Freddy Budiman itu.
"Dia (Freddy) cerita di lapas tahu ada kegiatan pembuatan narkotik dan dia menyebut dua nama anggota Polri. Satu Pati (perwira tinggi), satu Pamen (perwira menengah). Menurut dia, dua orang ini tahu kegiatan ini," ujar Tito.
Namun, lanjut dia, 'tahu' yang disebutkan oleh Freddy tidak jelas. "Apakah tahu dapat setoran atau tahu karena ditangkap," ucap dia.
Mantan Kapolda Papua ini pun mengaku kalau dua orang perwira Polri itu sudah diperiksa. Dari keterangan, kata Tito, keduanya merupakan anggota tim yang menangkap Freddy Budiman.
"Menangkap tiga kali. Dua kali di Cipinang dan sekali di Nusakambangan setelah yang bersangkutan divonis mati. Ya kami berpendapat, dua orang ini tahu dari orang lain karena penyelidikan lalu (Freddy) ditangkap," papar dia.
Ada satu nama polisi lagi yang disebut oleh Freddy Budiman. Menutut Tito, polisi tersebut disebut karena kebijakannya.
"Ada satu lagi, bukan masalah jaringan narkoba atau uang. Tapi kebijakan membuat lapas yang ada buayanya. Freddy mengatakan lebih baik Nusakambangan diperketat. Jadi, tidak ada hubungannya dengan aliran dana," kata dia.
Tim pencari fakta gabungan terkait Freddy Budiman hingga saat ini masih bekerja dan belum melihat adanya aliran dana. Jenderal Tito menegaskan, akan tegas bila ada yang ditemukan terlibat maka akan dihukum tegas.
"Kita tidak akan bela kalau ada anggota yang salah apalagi terlibat jaringan narkoba," jelas mantan Kepala BNPT ini.