Liputan6.com, Jakarta Ketua MPR Dr (HC) Zulkifli Hasan SE, MM, menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis Ke 55 Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, Selasa (6/9/2016).
Zulkifli Hasan menyampaikan orasi ilmiah dengan tema "Peran Perguruan Tinggi dalam Kehidupan Bernegara dan Berkonstitusi."
Orasi ilmiah Ketua MPR berlangsung dalam rapat senat terbuka yang dipimpin Rektor Universitas Unsyiah Prof Dr Ir Samsul Rizal, M.Eng. Hadir dalam Dies Natalis Unsyiah ini antara lain Gubernur Aceh Zaini Abdullah, mantan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Abubakar Azwar.
Advertisement
Dalam orasinya, Zulkiflin Hasan mengharapkan peran perguruan tinggi dalam kehidupan bernegara dan berkonstitusi. Perguruan tinggi, menurut Zulkifli, adalah mitra utama. "Perguruan tinggi menjadi mitra utama untuk pendidikan karakter bangsa," katanya.
Zulkifli menandaskan bahwa peran perguruan tinggi akan menentukan masa depan bangsa. "Ayo kampus, jangan diam saja. Kampus mempunyai pendekar-pendekar sakti karena memiliki pedang, punya keahlian, punya keilmuan," ajak Zulkifli kepada civitas akademi Universitas Syiah Kuala.
Zulkifli beralasan ucapan atau pendapat dari civitas akademika perguruan tinggi lebih bisa dipercaya bila dibandingkan dengan ucapan para politisi. Ini sejalan dengan survei tingkat kepercayaan kepada lembaga partai politik yang rendah. "Kalau guru besar yang bicara, masyarakat akan percaya. Tapi kalau politisi yang berbicara bisa dicurigai," ujarnya.
Dalam sejarah republik ini, lanjut Zulkifli, perubahan datang dari kalangan kampus dan terpelajar mulai dari pergerakan tahun 1908, 1928, 1945, 1980-an, masa reformasi. "Arah republik ini yang menentukan adalah kampus," imbuhnya.
Berkaitan dengan peran perguruan tinggi, Zulkifli mengungkapkan MPR sebagai Rumah Besar, menampung aspirasi dari masyarakat.
"Dari semua aspirasi, ada yang disepakati yaitu pentingnya haluan negara. Haluan negara ini bersifat ideologis dan filosofis yang diwarnai Pancasila dan konstitusi. Agar kita punya garis perjuangan mewujudkan cita-cita pendiri bangsa," katanya.
(*)