Sukses

Ini Jadwal Lontar Jumrah bagi Jemaah Haji Indonesia

Pemerintah Saudi sudah mengatur jam-jam tertentu di mana jemaah haji Indonesia dilarang melakukan lontar jumrah.

Liputan6.com, Mekah - Untuk menertibkan jemaah haji saat melontar jumrah, pemerintah Arab Saudi telah menerbitkan jadwal masing-masing negara. Hal ini untuk menghindari peristiwa di Mina pada tahun lalu.

Kepala Daerah Kerja Mekah, Arsyad Hidayat, mengatakan, setiap ketua kloter jemaah haji Indonesia sudah menerima jadwal lontar jumrah dan harus mematuhinya.

"Waktu melontar jumrah, kita pun jangan lagi melakukan kesalahan. Gara-gara kita melakukan kesalahan timbul jadi korban," tegas Arsyad yang dikutip dari Media Center Haji, Jumat (9/9/2016) waktu Arab Saudi.

Menurut dia, Pemerintah Saudi sudah mengatur jam-jam tertentu di mana jemaah haji Indonesia dilarang melakukan lontar jumrah. Pada 10 Zulhijah atau 12 September, para jemaah dilarang melontar pukul 06.00 sampai 10.30 waktu Arab Saudi (WAS). Pada tanggal 11 Zulhijah atau 13 September, para jemaah dilarang melontar pukul 14.00 sampai 18.00 WAS.

Terakhir, pada 12 Zulhijah atau 14 September, para jemaah dilarang melontar pukul 10.30 sampai pukul 14.00 WAS. "Jadi pada waktu-waktu itu ada larangan keras jemaah untuk melakukan lontar jumrah," tegas Arsyad.

Itu adalah skenario untuk para jemaah yang mengambil nafar awal. Khusus jemaah kloter-kloter awal memang diwajibkan untuk mengambil nafar awal, karena untuk mempercepat persiapan pemulangan. Sekadar diketahui, waktu pemulangan jemaah awal akan berlangsung pada 17 September, artinya hanya berselang dua-tiga hari setelah puncak haji.

Arsyad menegaskan para ketua kloter dan ketua rombongan diwajibkan menandatangani surat pernyataan siap mematuhi jadwal melontar yang sudah ditetapkan muassasah. Bila dilanggar, ada konsekuensi hukumnya. "Kalau kami yang melanggar pihak Indonesa yang kena sanksi," tegas dia.

Selain waktu melontar, penting juga bagi jemaah untuk mematuhi rute melontar. Jangan sampai ada jemaah yang mencoba keluar dari jalur atau berjalan-jalan di luar ketentuan. Hal ini sangat berbahaya karena bisa bertemu dengan arus dari jemaah lain. "Jangan coba-coba. Misalnya dari 206 mau ke 204 nyoba ah. Nggak bisa itu," tandas Arsyad.

Jelang puncak haji, PPIH Arab Saudi terus melakukan sosialisasi terkait proses Gerak, Gelar, dan Operasional Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Semua ketua kloter dan ketua rombongan, termasuk unsur tenaga kesehatan dan tenaga pembimbing ibadah dikumpulkan oleh tim dari Daerah Kerja Makkah dan Satuan Operasi Armina untuk menerima penjelasan teknis terkait hal itu.

Hampir setiap malam, Kadaker Makkah Arsyad Hidayat dan Kasatops Armina Jaetul Mukhlis beserta jajarannya berkeliling ke semua sektor untuk menyampaikan informasi detail soal Armina, termasuk juga hal-hal yang perlu diperhatikan saat kepulangan jemaah.