Liputan6.com, Jakarta - Suara tawa yang sedikit tersendat keluar dari mulut Sodimejo. Lelaki yang disebut-sebut berusia 145 tahun ini kerap kali berceloteh dan membuat sekelilingnya terbahak. Setiap pagi, lelaki yang karib disebut Mbah Gotho ini duduk santai di kursi anyaman bambu yang diletakkan di depan rumah. Di kursi itu, cucu dan tetangga biasanya menemani Mbah Gotho bersantai.
Baca Juga
Celotehan Mbah Gotho ngalor-ngidul. Kerap kali, dia berbicara banyak hal jika ada yang bertanya. Terkadang, celotehannya terkesan ngawur atau ngelantur. Seperti saat tim Liputan6.com menanyakan soal berapa usianya. “Saya ini sudah tidak punya umur,” ucap Mbah Gotho saat ditemui di kediamannya di Desa Cemeng, Kecamatan Sambung Macan, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Senin (12/9/2016).
Advertisement
Pagi itu, Mbah Gotho menerima kedatangan sejumlah tamu, termasuk tim Liputan6.com. Bertepatan dengan peringatan Idul Adha 1437 Hijriah, kediaman Mbah Gotho ramai dengan sanak famili. Mereka berkunjung untuk sekadar menanyakan kondisi kesehatan lelaki yang tercatat dalam kartu tanda penduduknya, lahir pada 31 Desember 1870 ini.
Saat ini, Mbah Gotho jadi bahan pemberitaan nasional dan internasional. Mbah Gotho menarik perhatian lantaran memiliki usia yang jauh lebih tua dari rekor usia tertua di dunia yang dipegang Jeanne Louis Calment. Jeanne meninggal di usia 122 tahun pada 1997 lalu. Usia panjang yang dimiliki Mbah Gotho pun sudah menggungguli Emma Morano yang saat ini tercatat sebagai orang tertua yang masih hidup di dunia, dengan usia 116 tahun.
Senior Manager Museum Rekor Indonesia (MURI), Yusuf Ngadri, menjelaskan organisasinya belum pernah mencatat usia orang tertua di Indonesia. Sejauh ini, kata Yusuf Ngadri, MURI hanya punya catatan untuk rekor pasangan tertua di Indonesia.
“Pasangan dari Tasikmalaya. Mereka hidup berumah tangga hingga 80 tahun dan sudah punya cicit. Itu juga sekitar tahun 1990-an,” ujar lelaki yang akrab disapa Ngadri ini. Meski begitu, Ngadri tak mempermasalahkan jika memang Mbah Gotho berusia 145 tahun. Menurut Ngadri, MURI akan dengan senang hati memberikan sertifikat rekor kepada Sodimejo asalkan ada bukti yang kuat. “Sepanjang ada ahli yang memverifikasi.”
Mbah Gotho jauh melampaui angka harapan hidup (AAH) Indonesia. Badan Pusat Statistik pada 2015 menyebut orang Indonesia diharapkan bisa hidup hingga usia 70,1 tahun. Perbaikan akses kesehatan dan gizi akan meningkatkan angka harapan hidup orang Indonesia hingga 73,7 tahun pada 2025.
Lantas bagaimana Mbah Gotho bisa bertahan hidup hingga dua kali lipat AAH? Ahli genetika dari Universitas Negeri Yogyakarta, Suratsih menerangkan faktor genetika bisa menentukan usia seseorang. Menurut dia, Seperti masalah genetika lainnya, kata Suratsih, usia tergantung dengan faktor lain. Seperti dengan lingkungan tempat tinggal. “Kalau umur, faktor lingkungan banyak sekali,” ujar Suratsih kepada Liputan6.com.
Masalah genetis ini nampak dalam kasus Jeanne Louis Calment. Jeanne lahir dari orang tua yang juga memiliki usia yang panjang. Ayahnya, Nicolas Calment meninggal di usia 93 tahun. Sementara ibunya Margueriete Gilles, meninggal pada usia 83 tahun.
Resep Panjang Umur
Doktor ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Samuel Oetoro, mengatakan pola hidup juga mempengaruhi usia seseorang selain faktor genetik dan lingkungan. Menurut dia, orang berusia panjang biasanya memiliki pola hidup sehat dengan asupan gizi sesuai kebutuhan tubuh. Dia mengatakan banyak hasil studi yang membuktikan keterkaitan jumlah dan jenis makanan dengan usia seseorang.
“Mengurangi jumlah bisa memperpanjang usia. Jenis makanan juga mempengaruhi. Jadi sangat berkaitan, mengatur pola makan dari muda, akan memperpanjang usia,” tutur Samuel.
Contoh dari pola hidup sehat dengan asupan gizi baik ini tampak pada Susannah Mushatt Jones dari Amerika Serikat yang meninggal di usia 116 tahun. Susannah mengungkap rahasia umur panjangnya adalah kerap sarapan daging dan telur, tak merokok, dan menghindari minum alkohol, serta banyak istirahat. Ethel Lang asal Inggris yang hidup hingga usia 114 tahun mengaku tak pernah merokok, sedikit mengonsumsi alkohol dan banyak berolahraga sedari muda.
Usia panjang seorang lansia juga dipengaruhi faktor psikologis. Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Sri Juwita Kusumawardhani mengatakan, usia lansia erat kaitan dengan dukungan dari keluarganya. Menurut Wita, sapaannya, banyak studi menunjukkan, lansia yang memiliki kondisi kesehatan mental yang buruk akan memiliki tekanan darah yang tinggi dan menurunnya kekebalan tubuh. Terbukti dalam kasus Mbah Gotho yang hidup tenang lantaran mengetahui cucu-cucunya selalu siap membantunya menghabiskan sisa usia.
Juwita mengatakan, lansia yang memiliki kesehatan mental yang baik disertai dengan dukungan keluarga yang cukup akan lebih terhindar dari penyakit fisik. “Tentunya tetap perlu diiringi dengan nutrisi, pola makan, dan gaya hidup yang juga sehat,” kata Wita menambahkan.
Nilam Widyarini, Ketua Program Magister Psikologi Universitas Gunadarma mengamini pernyataan Wita. Meskipun usia seseorang tidak bisa dipastikan, kata dia, namun hasil penelitian menunjukkan lansia yang mengalami masalah emosional dan merasa tidak berdaya cenderung lebih pendek usianya. “Daripada Lansia yang sehat secara psikologis,” kata Nilam.
Pandangan kedua psikolog ini tampak dalam kasus Emma Morano, perempuan tertua yang masih hidup saat ini. Emma memilih bercerai dari suaminya yang ringan tangan. Emma memilih menjaga kesehatan mentalnya daripada hidup tertekan. Meski hidup sendiri, Emma tetap bahagia menjalani hari-harinya sebagai orang tertua di dunia, saat ini.
Advertisement
Pengakuan Mbah Gotho
Lantas, apa rahasia yang dimiliki Mbah Gotho. Lelaki tua ini masih terkekeh saat Liputan6.com mencoba menanyakan soal resep panjang umurnya. Dengan telinga yang sudah tak cukup mampu menangkap gelombang frekuensi suara, Mbah Gotho harus diteriaki. Dia kemudian menerawang meski penglihatannya kini sudah menurun drastis.
Mbah Gotho tampak mengingat-ingat secuil memori di bagian hippocampus otak, yang menyimpan informasi tentang sesuatu yang pernah terjadi. Dia kemudian menuturkan resep yang dimilikinya. Menurut Mbah Gotho, dirinya hanya punya resep bersabar dan ikhlas.
Dia juga mengatakan, tak pernah melakukan kekerasan dalam rumah tangga selama menjadi seorang suami untuk empat istri, dan bapak bagi enam anaknya. “Karena itu sudah saya rasakan sendiri. Saya kalau pukul orang itu, badan saya, saya pukul dulu. Sakit enggak? Kalau sakit jangan pukul,” ucap Mbah Gotho.
Tapi di tengah harapan panjang umur yang diinginkan banyak orang, Mbah Gotho justru punya harapan berlainan. Di masa tuanya ini, dia hanya berharap ajal segera menjemput. Sudah sejak 1992, Mbah Gotho mengharapkan kematiannya. Ia mengaku, ini bukan disebabkan lelah menjalani hidup. Tapi lantaran dirundung sepi. “Saya ini sudah tidak punya istri. Saya itu hidup sendirian,” ucap Mbah Gotho mengharapkan kematiannya.