Liputan6.com, Solo: Astana Giribangun di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Solo, Jawa Tengah, menjadi tempat peristirahatan abadi bagi mantan Presiden Soeharto. Wafat di usia 86 tahun pada 27 Januari 2008, Pak Harto dimakamkan di samping sang istri, Siti Hartinah Soeharto atau Ibu Tien Soeharto. Bukti kesetiaan dan kecintaan sepasang suami istri sampai akhir hayat [baca: Soeharto Wafat].
Pernah menjabat sebagai presiden selama 32 tahun membuat Pak Harto juga dicintai masyarakat indonesia. Ini dibuktikan dengan banyaknya peziarah yang datang dari Sabang sampai Merauke. Setiap akhir pekan, kunjungan peziarah dapat mencapai 5000 orang. Beragam cara ditunjukkan untuk memberikan penghormatan kepada Sang Bapak Pembangunan itu. "Ada yang mengambil air dari kendi langsung dimimum," kata Sutikno, pelaksana Astana Giribangun, baru-baru ini.
Astana Giribangun terletak sekitar 37 kilometer dari Kota Surakarta dan berada di ketinggian 666 meter di atas permukaan air laut. Pemakaman yang didirikan pada 1974 ini dibangun di atas lahan seluas 729 meter persegi. Pemakaman terbuka untuk umum dengan jam berkunjung dari pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB. Untuk merawat dan menjaga pemakaman, sebanyak 22 pegawai bertugas secara bergantian [baca: Astana Giribangun Peristirahatan Terakhir Pak Harto].
Sejarah hidup Pak Harto memang telah ditutup di Astana Giribangun. Tapi, masih ada satu kisah kehidupan Pak Harto dan Ibu Tien di Solo yang patut dilestarikan, yaitu Ndalem Kalitan, rumah keluarga Ibu Tien. Sebagai warisan sejarah, Ndalem Kalitan memiliki lahan seluas 1.000 meter. Di dalamnya terdapat berbagai benda sejarah, seperti pusaka keluarga Ibu Tien dan penghargaan tanda jasa Pak Harto serta Ibu Tien. Ndalem Kalitan juga mengingatkan kita pada sebuah pesan untuk selalu memuliakan keberadaan orangtua.(BOG)
Pernah menjabat sebagai presiden selama 32 tahun membuat Pak Harto juga dicintai masyarakat indonesia. Ini dibuktikan dengan banyaknya peziarah yang datang dari Sabang sampai Merauke. Setiap akhir pekan, kunjungan peziarah dapat mencapai 5000 orang. Beragam cara ditunjukkan untuk memberikan penghormatan kepada Sang Bapak Pembangunan itu. "Ada yang mengambil air dari kendi langsung dimimum," kata Sutikno, pelaksana Astana Giribangun, baru-baru ini.
Astana Giribangun terletak sekitar 37 kilometer dari Kota Surakarta dan berada di ketinggian 666 meter di atas permukaan air laut. Pemakaman yang didirikan pada 1974 ini dibangun di atas lahan seluas 729 meter persegi. Pemakaman terbuka untuk umum dengan jam berkunjung dari pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB. Untuk merawat dan menjaga pemakaman, sebanyak 22 pegawai bertugas secara bergantian [baca: Astana Giribangun Peristirahatan Terakhir Pak Harto].
Sejarah hidup Pak Harto memang telah ditutup di Astana Giribangun. Tapi, masih ada satu kisah kehidupan Pak Harto dan Ibu Tien di Solo yang patut dilestarikan, yaitu Ndalem Kalitan, rumah keluarga Ibu Tien. Sebagai warisan sejarah, Ndalem Kalitan memiliki lahan seluas 1.000 meter. Di dalamnya terdapat berbagai benda sejarah, seperti pusaka keluarga Ibu Tien dan penghargaan tanda jasa Pak Harto serta Ibu Tien. Ndalem Kalitan juga mengingatkan kita pada sebuah pesan untuk selalu memuliakan keberadaan orangtua.(BOG)