Liputan6.com, Bogor - Pada usia senja seharusnya seseorang bisa menikmati kehidupan yang nyaman bersama anak cucu. Namun tidak begitu dengan kehidupan Nenek Erom yang kini berusia 97 tahun.
Di usianya yang hampir menginjak satu abad ini, Nenek Erom justru hidup dengan kondisi memprihatinkan.
Baca Juga
Warga Kampung Padurenan RT 01/04, Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, ini sudah bertahun-tahun hidup sebatang kara di gubuk bambu reyot.
Advertisement
Wanita renta itu tinggal di gubuk berukuran 3x6 meter yang terbuat dari anyaman bambu, serta ditopang kayu yang sudah keropos.
Ada sebuah ranjang dari bambu lengkap dengan kasur busa dan sebuah bantal. Di samping kanan ranjang, ada dua tungku dan setumpuk kayu bakar. Jaring laba-laba memenuhi setiap sudut ruangan dan langit kamar.
Di gubuk berlantai tanah itu, nenek yang akrab disapa Mak Erom ini sendirian sejak suaminya meninggal 12 tahun silam.
Untuk makan sehari-hari, Mak Erom mengandalkan uluran tangan dari tetangga. Sesekali bantuan datang dari sang anak yang kondisi ekonominya juga serba-kekurangan. Ugan, anaknya yang ketiga dan tinggal tidak jauh dari gubuknya itu, hanya kerja serabutan.
"Alhamdulillah, tiap hari suka ada yang ngasih uang atau nasi sama lauk," ujar Mak Erom, Senin (26/9/2016).
Dia sebenarnya memiliki tiga anak laki-laki dan sudah berkeluarga, tapi ketiga menantunya tidak mau menampung Mak Erom untuk tinggal bersama mereka.
"Enggak tahu kenapa. Tapi biar saya tinggal di sini saja," ucap dia.
Di penghujung usianya, tidak banyak harapan yang disampaikan wanita renta itu. Dia hanya ingin merasakan tidur di kasur empuk, dengan rumah yang tidak bocor saat hujan, bebas debu dan tidak sumpek.
Ketua RT setempat, Majha, mengungkapkan pihaknya telah mengusulkan kepada pemerintah daerah agar rumah Mak Erom mendapat bantuan program rumah tidak layak huni. Namun ditolak dengan alasan berada di atas lahan milik orang lain.
"Dia tinggal di tanah milik orang Jakarta," ujar Majha.
Gubuknya itu juga belakangan sering dikunjungi tamu, mulai dari tetangga, donatur dan perangkat pemerintah desa.
"Katanya sih sama pemilik tanah rumahnya mau diperbaiki," kata Majha.