Sukses

Potret Buram Pendidikan di Pelosok Bogor

Warga setempat sudah sering mengajukan kepada Pemerintah Kabupaten Bogor agar dibangun gedung sekolah kelas jauh.

Liputan6.com, Bogor - Potret buram pendidikan nasional masih menyisakan cerita pilu. Anak-anak sekolah di pelosok pedesaan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, harus menghadapi kenyataan pahit. Sudah bertahun-tahun mereka belajar di teras rumah milik warga.

Itulah yang dialami anak-anak di Kampung Kebon Cau dan Cibodas, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Anak-anak kelas SDN Cipinang 3 ini harus belajar tanpa sarana dan prasarana memadai.

Tanpa meja, kursi, dan papan tulis. Pakaian lusuh, tak bersepatu, dan belajar saling berhimpitan tanpa alas tikar menjadi pemandangan sehari-hari.

Berbekal semangat dan mimpi untuk meraih masa depan yang lebih cerah, anak-anak sekolah di desa terpencil ini tetap semangat menimba ilmu.

"Kami mau bersekolah, kami semua mau pandai. Di sinilah kami sekolah, belajar menulis dan membaca dari bapak ibu guru kami yang baik," tutur Wildan, siswa kelas jauh SD Negeri Cipinang 3, saat berbincang beberapa waktu lalu.

Anak-anak di Kampung Kebon Cau dan Cibodas, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, ini terpaksa harus belajar dengan fasilitas dan infrastruktur seadanya (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Wildan dan teman-temannya merupakan potret buram dari ribuan anak-anak di negeri ini yang harus belajar dengan fasilitas seadanya. Meskipun harus belajar tanpa sarana dan prasarana memadai, namun tak membuat semangat mereka surut memperjuangkan masa depan. Bagi mereka, sekolah menjadi hari-hari yang sangat menyenangkan.

Sekolah tersebut didirikan atas inisiatif warga Kampung Kebon Cau, pada 2008 silam. Sebab, lokasi sekolah induk SDN Cipinang 3 sangat jauh.

Untuk menjangkau ke sekolah induk yang berlokasi di Kampung Joglo, siswa dari Kampung Kebon Cau harus berjalan menempuh jarak sekitar 4 kilometer menyusuri jalan berbatu dan berlumpur.

"Saya kasihan. Saya rela sediakan teras rumah supaya mereka tetap bersekolah," ujar Mista, Ketua RT setempat, juga pemilik rumah yang dijadikan tempat sekolah.

Warga setempat sudah sering mengajukan kepada Pemerintah Kabupaten Bogor agar dibangun gedung sekolah kelas jauh. Akan tetapi, hingga saat ini belum juga direalisasikan.

"Harapan kami ada gedung sekolah supaya anak-anak bisa belajar dengan konsentrasi. Apalagi musim hujan seperti sekarang, mereka kena cipratan air," harapnya.

Meskipun kondisi sekolah memperihatinkan, namun tiap tahun jumlah siswa yang menimba ilmu di sekolah kelas jauh terus meningkat.

"Mungkin karena lokasi sekolah yang paling dekat cuma sekolah ini," ucapnya.

Siswa yang menimba ilmu di kelas jauh tersebut saat ini berjumlah sekitar 125 orang terdiri dari kelas 1 hingga kelas 5, dengan diajar oleh tiga orang guru honorer. Mereka berasal dari warga Kampung Kebon Cau dan Cibodas.

Anak-anak di Kampung Kebon Cau dan Cibodas, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, ini terpaksa harus belajar dengan fasilitas dan infrastruktur seadanya (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

"Untuk kelas 6 belajar di sekolah induk," kata Siti Kholipah, salah satu guru kelas jauh.

Minimnya fasilitas tak membuat anak-anak di wilayah ini putus asa. Bahkan, semangat anak-anak mendorong para guru di sekolah kelas jauh itu untuk terus mengabdi.

"Anak-anak tak pernah mengeluh. Mereka tetap bersemangat belajar meski harus berimpitan di teras. Ini yang membuat saya sangat tertegun," ujar dia.

Hidup Terisolir

Kampung Kebon Cau, sebuah kawasan pemukiman warga di Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Dusun ini dihuni oleh sekitar 67 KK dari Komunitas Adat Terpencil yang hidupnya dalam lingkaran kemiskinan.

Rata-rata warga kampung ini hidup sebagai penggali batu. Belum terbangunnya akses jalan lintas desa membuat warga hidup terisolir. Satu-satunya akses menuju Kampung Kebon Cau dan Kampung Cibodas dengan menyusuri jalan yang hanya bisa dilalui roda dua. Itu pun kondisi jalan berbatu dan licin.