Liputan6.com, Garut - Demi tetap bersekolah, para siswa di Desa Sindanglaya, Garut, Jawa Barat harus menantang maut saat menyeberangi sungai menuju ke sekolah mereka.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Sabtu (1/10/2016), dua minggu sudah warga harus menantang maut saat menyeberangi sungai untuk beraktivitas. Tidak terkecuali para siswa ini. Menyeberangi sungai dengan arus yang deras dan rakit bambu ala kadarnya sangat berisiko tinggi mengancam nyawa.
Baca Juga
Tapi apa boleh buat, Jembatan Cijambe yang menghubungkan desa mereka di Kecamatan Karangpawitan dan Kecamatan Banyuresmi terputus akibat banjir bandang di wilayah Garut. Alih-alih menggunakan jalan lain, para siswa terpaksa menyeberang dengan rakit agar tetap bisa bersekolah.
Advertisement
Sementara itu, sebuah kompleks Pesantren Salafi Al Qadar yang berdiri di tepi Sungai Cimanuk di kampung Lebak Siuh, Kelurahan Muara Sanding, Kecamatan Garut tetap berdiri kokoh. Padahal bangunan masjid maupun pemondokan santri hanyalah terbuat dari kayu dan bilik bambu.
Hingga kini, bencana banjir bandang Sungai Cimanuk telah merenggut 34 korban jiwa. Sementara 19 orang lain masih dinyatakan hilang.