Liputan6.com, Jakarta - Ribuan polisi bersenjata dikerahkan untuk menangkap Dimas Kanjeng di Padepokannya di Probolinggo, Jawa Timur pada Kamis pekan lalu. Pengerahan ribuan personil kepolisian untuk mengantisipasi adanya perlawanan dari ratusan pengikut setia padepokan Dimas Kanjeng.Â
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (1/10/2016), sang pimpinan padepokan berhasil diringkus dan langsung dibawa menggunakan kendaraan taktis kepolisian. Lelaki ini diduga menjadi otak pembunuhan 2 santrinya, Slamet dan Abdul Ghani.
Sebelumnya korban yang bertugas sebagai pengumpul uang dari masyarakat, mengancam akan melaporkan Dimas Kanjeng. Tersangka khawatir penipuan berkedok sebagai kiai yang mampu menggandakan uang akan terbongkar.
Advertisement
Dimas Kanjeng Taat Pribadi dikenal sebagai orang yang mampu menggandakan uang di Padepokannya di Probolonggo, Jawa Timur. Sambil membacakan doa-doa, dalam video ini terlihat Dimas Kanjeng bersama para santrinya tengah melakukan ritual penggandaan uang. Praktek ini sudah dilakukan selama bertahun-tahun.Â
Ia mampu memikat ribuan santri termasuk tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Marwah Daud Ibrahim. Di mata murid-muridnya, Dimas Kanjeng adalah sosok yang berilmu tinggi. Dimas Kanjeng dianggap mendapat karamah atau anugerah karena uang yang didatangkan adalah uang asli.
Menurut Bibi Resemjan, istri Ismail yang diduga dibunuh Dimas Kanjeng uang yang dimiliki Dimas Kanjeng berasal dari para anggotanya. Melalui Ismail saja sedikitnya terkumpul uang Rp 40 miliar.
Hingga saat ini sedikitnya sudah 3 orang yang melapor ke Mabes Polri dan Polda Jawa Timur karena merasa tertipu Dimas Kanjeng dengan kerugian hingga Rp 22 miliar rupiah.
Terungkapnya kasus penipuan Dimas Kanjeng menunjukkan betapa mudahnya masyarakat Indonesia percaya pada hal yang berbau irasional.
Sejauh ini polisi sudah menuntaskan satu dari dua kasus pembunuhan yang diduga diotaki oleh Dimas Kanjeng. Polisi menangkap 4 dari 9 tersangka pembunuhan Abdul Ghani mantan ketua yayasan atas perintah Dimas Kanjeng.
Korban dibunuh pada 13 April lalu di ruang tim pelindung padepokan oleh para tersangka yang 3 diantaranya adalah mantan perwira menengah TNI dengan pangkat tertinggi Letnan Kolonel.
Jasad korban kemudian dibuang ke Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. Motif pembunuhan karena korban dianggap telah menyelewengkan uang padepokan dan selalu menjelekkan Dimas Kanjeng. Para pelaku diberi upah Rp 320 juta rupiah untuk menghabisi Abdul Ghani.
Sebagai seorang yang mengaku sebagai ulama, Dimas Kanjeng ternyata tidak memiliki ilmu agama yang memadai. Kesaksian ini disampaikan oleh mantan Ketua MK yang juga tokoh NU Mahfud MD.
Mahfud pernah sekali ke padepokan Dimas Kanjeng saat kampanye pemilu presiden karena diajak oleh Marwah Daud tahun 2014 lalu. Saat berpidato di depan massa, Dimas Kanjeng tidak fasih melafalkan salam, salawat dan doa-doa.
Klaim Dimas Kanjeng memiliki karomah sehingga mampu menggandakan uang juga ditampik oleh anggota komisi fatwa MUI. Seseorang yang memiliki karomah disebut sebagai wali Allah.
Ciri ciri wali Allah tidak akan mengumbar kemampuan yang dimilikinya di depan umum karena kerendahan hatinya.
Terkuaknya kasus penipuan Dimas Kanjeng menunjukkan betapa mudahnya masyarakat Indonesia percaya pada hal yang berbau irasional. Hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang seperti Dimas Kanjeng atau Gatot Brajamusti untuk mengambil keuntungan.