Sukses

3 Pelajaran dari Dimas Kanjeng Menurut DPR

Kemiskinan, juga menjadi faktor mudahnya masyarakat mempercayai apa yang dilakukan Dimas Kanjeng.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VIII DPR Sodik Mudjahid menyebutkan setidaknya ada tiga hal yang dapat dijadikan pelajaran terkait fenomena Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Dimas Kanjeng menjadi fenomenal usai dirinya mengaku bisa menggandakan uang dan diduga terlibat dalam pembunuhan santri di padepokannya.

"Pertama, evaluasi dan pemantapan program keagamaan. Pendidikan agama yang benar, menurut dia, harus membuat perubahan di masyarakat. Pemantapan akidah dan tauhid, ibadah yang tekun dan akhlak yang mulia harus dijaga," ungkap Sodik di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Senin (3/10/2016).

Menurut dia, pendidikan agama yang benar jangan hanya formalistik, tapi satu di antaranya harus mampu mencegah ketertarikan masyarakat terhadap hal-hal yang bertentangan dengan akidah dan iman.

Program pendidikan masyarakat, kata Sodik, juga harus dievaluasi dan dimantapkan. Ia menekankan kalau hal yang paling penting dalam pendidikan adalah membentuk kecerdasan logika dan emosi untuk memahami berbagai fenomena aneh.

"Kedua, pendidikan harus membangun jiwa secara utuh karena dalam berbagai kasus termasuk dalam kasus Kanjeng Dimas melibatkan beberapa kaum intelek. Sehingga, publik bisa terbebas dari penipuan-penipuan berkedok agama dan mistis," papar Sodik.

Kemiskinan, lanjut dia, juga menjadi faktor mudahnya masyarakat mempercayai apa yang dilakukan Dimas Kanjeng. Padahal, jelas yang dilakukan Dimas Kanjeng itu di luar nalar manusia normal. Oleh karena itu, menurutnya, program pengentasan kemiskinan juga harus kembali dievaluasi pemerintah.

2 dari 2 halaman

Ketiga

"Terakhir, peristiwa Dimas Kanjeng dan kasus serupa lainnya, selalu membawa daya tarik ekonomi bagi masyarakat miskin yang hidup dalam tekanan ekonomi. Para korban bahkan cenderung lebih tertarik pada hal tersebut ketimbang dengan program-program pengentasan kemiskinan yang dimiliki pemerintah," beber politikus Partai Gerindra itu.

Jika program-program tersebut belum dilaksanakan sungguh-sungguh dan terpadu, lanjut Sodik, maka artinya amanat Undang-Undang Dasar 1945 dalam meningkatkan kecerdasan bangsa dan kesejahteraan umum masih belum dijalankan.

"Yang artinya kita masih membiarkan masyarakat tetap dalam kondisi keterbelakangan yang selalu menjadi sasaran empuk berbagai penipuan berciri agama, mistis dan iming-iming uang," pungkas Sodik.

Sebelumnya, Dimas Kanjeng Taat Pribadi adalah seorang tokoh terkenal di Jawa Timur. Selain memiliki padepokan yang luas, dia terkenal sebagai seorang pengganda uang.

Namun dia kini harus meringkuk di balik jeruji besi. Ia diciduk jajaran Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jatim karena diduga terlibat kasus pembunuhan Abdul Ghani salah satu santri di padepokannya.

Video Terkini