Sukses

6 Fakta Istri Polisi Depresi Mutilasi Bayinya Sendiri

Tetangga terkejut dan tak percaya, Mutmainah yang dikenal pendiam dan baik hati.

Liputan6.com, Jakarta - Mutmainah, seorang istri anggota Provost Polda Metro Jaya memutilasi anak kandungnya yang berusia 1 tahun. Bayi itu ditemukan tak bernyawa di kamar kontrakannya dengan kondisi mengenaskan.

Peristiwa itu terjadi di kamar kontrakan Mutmainah di Jalan Jaya 24, No 24, RT04/10, Cengkareng Barat, Cengkareng, Jakarta Barat, Minggu 2 Oktober 2016 sekitar pukul 21.00 WIB.

Perempuan tersebut telah ditahan di Polsek Cengkareng dan ditetapkan sebagai tersangka dalam pembunuhan anaknya. Dia dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur untuk diperiksa kondisi kejiwaannya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono mengungkapkan, sepekan sebelum pembunuhan, istri dari Aipda Denny Siregar itu acap menangis dan berbicara sendiri tanpa sebab yang jelas.

"Dia terlihat seperti depresi berat. Wajahnya juga sering pucat," ujar Awi di Jakarta, Senin (3/10/2016).

Berikut 6 fakta kasus Mutilasi yang dilakukan Mutmainah:

1. Pernah Mengancam Suami

Sikap Mutmainah membuat orang sekitarnya takut. Apalagi ia selalu mengancam akan menyakiti jika diganggu.

"Bahkan, suaminya pernah diancam, 'Kamu tidak takut sama saya'," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono menirukan ucapan Mutmainah.

Aipda Denny, suami Mutmainah, sebenarnya khawatir dan takut akan keselamatan anaknya. Oleh karena itu, beberapa hari belakangan ia selalu pulang lebih awal untuk mengawasi sang istri.

"Tapi, Denny shock karena secara brutal istri malah menyakiti dan membunuh salah satu anaknya," ujar Awi.

Saat ini, hasil pemeriksaan awal menunjukkan keadaan jiwa Mutmainah tak stabil. "Masih kami selidiki dari pemeriksaan psikologis, apa alasan Mutmainah tiba-tiba mengalami depresi," kata Awi.

Meski begitu, Awi menampik depresi Mutmainah dilatarbelakangi pekerjaan sang suami sebagai anggota Polri. "Kami tak bisa mengawasi apa yang terjadi di setiap keluarga‎ anggota (Polri). Ini masalah pribadi yang tak ada sangkut pautnya dengan institusi," ucap dia.

2 dari 4 halaman

Anak Sulung Terluka

2. Pelaku Tersenyum

Minggu 2 Oktober 2016, sekitar pukul 19.00 WIB, Aipda Denny baru pulang bertugas. Karena kondisi pintu terkunci, Denny memutuskan untuk mendobrak pintu kontrakan tersebut.

"Awalnya bapak-bapak yang masuk. Karena dia (pelaku Mutmainah) telanjang, ibu-ibu yang masuk," tutur Lastri, tetangga kontrakan di lokasi kejadian, Senin 3 Oktober 2016.

Saat ditanya olehnya, Mutmainah tidak menjawab dan hanya tersenyum. Namun, Lastri terkejut saat hendak menutup tubuh Mutmainah yang telanjang dengan seprei.

"Pas mau tutup ibunya pakai seprei, pas itu saya lihat tubuh anaknya dimutilasi," tutur Lastri.

Saat itu, posisi Mutmainah berada di dalam kamar dengan posisi duduk. Sementara jasad anaknya, Arjuna yang baru berusia 1 tahun, ada di sebelah pelaku.

3. Anak Sulung Ikut Terluka

Selain Arjuna, bayi korban mutilasi, kakak korban berinisial Kar (3), juga ditemukan dengan luka di telinganya.

"Anak yang satu selamat. Usianya sekitar 3 tahunan. Kakaknya langsung diamankan sama ayahnya," kata Ketua RT 04/10, Suyadi di Jakarta, Senin (3/10/2016).

Menurut Suyadi, bagian telinga korban mengalami luka irisan. "Langsung dilarikan ayahnya ke Puskesmas," kata Suyadi.

3 dari 4 halaman

Di Kontrakan Sederhana

4. Tinggal di Kontrakan Sederhana

Rumah kontrakan Aipda Denny dan istrinya berada di Jalan Jaya 24, No 24, RT04/10, Cengkareng Barat, Cengkareng, Jakarta Barat. Berada di sebuah gang buntu, gelap, dan sempit.

Sebuah pagar hitam setinggi 2 meter jadi satu-satunya akses jalan masuk. Kamar kontrakan tersebut hanya memiliki tiga buah ventilasi yang dipenuhi jaring laba-laba.

Ada dua jendela kaca, satu jendela kaca, dan satu lagi jendela nako yang ditutupi debu tebal. Tak ada gorden di jendela itu. Jendela hanya ditutupi dengan selimut berwarna hijau dan biru.

Menurut Ketua RT 04, Suriyadi, dalam kamar kontrakan itu hanya ada tiga ruangan, yakni satu kamar tidur, satu dapur, dan satu ruang tamu.

Kontrakan itu gelap dan pengap. Tak banyak penghuninya. Hanya ada tiga kamar kontrakan yang sederet dengan kamar Mutmainah. Cat dinding semua kamar kontrakan itu mengelupas. Warna hijau dan biru di dindingnya tampak pudar.

Mutmainah dan Denny mulai tinggal di kontrakan tersebut sejak mereka menikah. Kontrakan itu tidak jauh dari rumah orangtua Mutmainah.

5. Beri Isyarat ke Suami

Mutmainah melempar isyarat saat sang suami berupaya mendobrak pintu kamar kontrakan mereka. Sebabnya, Aipda Denny tidak kunjung dibukakan pintu oleh sang istri yang kerap disapa Iin usai pulang berdinas.

Rohayati (42), tetangga Iin yang ikut mendobrak pintu melihat gerak-gerik ibu kandung korban kepada suaminya. Mutmainah meletakkan jari telunjuknya di bibir dan menunjuk anaknya yang sudah meninggal dunia.

"Dia bilang 'Ssst... jangan berisik' Terus dia nunjuk anaknya, lagi tidur, padahal anaknya sudah meninggal," kata Rohayati.

Saat pintu berhasil didobrak, Denny langsung menyelamatkan anak pertamanya yang berusia 3 tahun. Sementara warga lainnya berusaha menutupi badan Iin yang telanjang bulat. Iin pun tidak berbicara satu patah kata pun saat warga mendekatinya.

4 dari 4 halaman

Baik dan Pendiam

6. Dikenal Baik dan Pendiam

Mutmainah, Ibu yang diduga membunuh dan memutilasi bayinya yang masih berusia satu tahun di Cengkareng, Jakarta Barat dikenal warga sebagai orang yang sangat baik dalam kesehariannya. Istri anggota kepolisian di Polda Metro Jaya ini diduga mengalami depresi.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Senin (3/10/2016), rumah kontrakan yang dihuni Mutmainnah bersama dua anaknya di Jalan Jaya 24, Menceng, Cengkareng, Jakarta Barat kini sepi dan diberi garis polisi.

Tetangga terkejut dan tak percaya, Mutmainah yang dikenal pendiam, bisa menghabisi nyawa putranya dengan sadis. Menurut warga, sebelum kejadian, ibu dan dua anaknya itu tidak keluar rumah selama seharian.

Video Terkini