Liputan6.com, Jakarta - Setelah membentuk Pasukan Oranye, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kini memperkenalkan Pasukan Ungu. Pasukan ini bertugas untuk menangani masyarakat yang telantar di Jakarta. Kabar ini menjadi berita yang paling sering dibaca sepanjang Jumat kemarin.
Disusul oleh kabar tentan elektabilitas Ahok jelang kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017 yang disebut-sebut terus menurun. Demikian pula dengan cerita tentan empat dukun palsu yang menjadi pembicaraan publik belakangan ini.
Baca Juga
Top 3 News Selengkapnya:
Advertisement
1. Setelah Pasukan Oranye, Kini Ahok Kenalkan Pasukan Ungu
Setelah membentuk Pasukan Oranye, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kini memperkenalkan Pasukan Ungu. Pasukan ini untuk pertama kali diperkenalkan di kawasan Monas, Jakarta Pusat, pada Kamis malam.
Pasukan Ungu berada di bawah Dinas Sosial DKI dan bertugas untuk menangani masyarakat yang telantar di Jakarta.
"Kita ingin kalau menemukan ada orang yang terlantar, orang yang pikun, jadi mereka ada pasukan sendiri. Mereka namain Pasukan Ungu," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis (6/10/2016) malam.
2. Apa Kabar Elektabilitas Ahok?
Jelang Pilkada DKI Jakarta yang semakin ramai, empat lembaga survei dalam waktu berdekatan merilis hasil survei elektabilitas cagub DKI Jakarta. Lembaga survei tersebut adalah LSI, Polmark, Median, dan Populi Center. Hasil semua survei menunjukan Ahok masih menempati posisi pertama.
Meskipun begitu, tren elektabilitas Ahok mengalami penurunan. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil survei berkala yang dilakukan oleh LSI dan Populi Center.
Pada hasil survei LSI, Ahok memuncaki posisi pertama dengan 59,3% pada Maret lalu menurun pada bulan Juli dengan 49,1% hingga terakhir hanya mendapat 31,4% di bulan Oktober. Sejalan dengan itu, hasil survei Populi Center pun mengalami hal serupa.
3. Kisah 4 Dukun Palsu, dari Aa Gatot hingga Dimas Kanjeng
Beberapa pekan terakhir pengungkapan dukun palsu marak memarnai pemberitaan. Terlebih dari pengungkapan di Probolinggo, Jawa Timur, yang menjerat Padepokan Dimas Kanjeng dengan tersangka Taat Pribadi.
Taat yang mengaku sakti mandraguna ini mampu menggandakan uang dan emas. Pengikutnya mencapai ratusan dan datang dari berbagai penjuru Nusantara. Selain penipuan, dia juga dijerat dengan pembunuhan berencana dua pengikutnya.
Ada dugaan dua pengikutnya yang dibunuh mengetahui praktik penipuan Taat Pribadi. Penyelidikan kepolisian menyebutkan pelaku pembunuhan melibatkan pecatan tentara.