Sukses

Top 3: Minus Sinar Lilin di Hari Bahagia Jessica Wongso

Empat hari berselang, wajahnya kembali semringah. Karena pada 9 Oktober kemarin, Jessica merayakan ulang tahunnya yang ke-28.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah dituntut 20 tahun penjara dalam kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, nampak raut kesedihan di wajah cantik Jessica Kumala Wongso.

Namun begitu empat hari berselang, wajahnya kembali semringah. Karena pada 9 Oktober kemarin, Jessica merayakan ulang tahunnya yang yang ke-28 bersama tim pengacara dan keluarganya.

Tak ada tiup lilin yang terpasang di kue ulang tahun Jessica. Yang ada hanya ucapan selamat ulang tahun dari ibunya dan ayam bakar khas dari rumah makan Padang sebagai hadiah di hari kelahiran anak bungsunya.

Hingga malam ini berita hari bahagia Jessica Wongso paling banyak menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal News, Senin (10/10/2016).

Kabar lainnya yang tak kalah menarik dan paling banyak diburu mengenai kota peninggalan kaum Tsamud di Madain Saleh, Madinah, Arab Saudi dan kebiasaan aneh pendaki Depok sebelum pergi menaklukkan Gunung Semeru.

Top 3 News Selengkapnya:

1. Derai Air Mata Jessica di Hari Bahagia

Jessica Wongso (kanan duduk) merayakan ultah bersama keluarga di Rutan Pondok Bambu (Nanda Perdana Putra/Liputan6.com)

20 tahun penjara adalah tuntutan yang diajukan jaksa penuntut umum (JPU) terhadap Jessica Kumala Wongso. Terdakwa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin itu, menurut jaksa terbukti bersalah melakukan pembunuhan berencana.

JPU menjelaskan 5 alasan yang memberatkan Jessica. Pertama, menurut Jaksa Melanie, meninggalnya Mirna, telah membuat kepedihan yang sangat mendalam bagi keluarga. 

Sontak raut kesedihan Jessica semakin terlihat di wajahnya. Jessica langsung menundukkan pandangannya begitu mendengarkan tuntutan yang dibacakan jaksa.

Empat hari berselang, Jessica mendapati hari bahagia. Harinya pun semringah, meski tidak seperti sebelumnya. Jessica merayakan hari lahirnya yang ke-28.

"Tanggal 9 Oktober ini bertepatan dengan Jessica ulang tahun. Kita tim penasihat hukum bersama Ibu Jessica datang untuk mengucapkan selamat ulang tahun," tutur Hidayat di depan Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Ultah kali ini minus sinar lilin. Tak ada acara tiup lilin yang biasa terpasang di sebuah kue ulang tahun.

Selengkapnya...

2. Melongok Jejak Kaum Tsamud, Umat Nabi Saleh di Madain Saleh

Kota peninggalan kaum Tsamud di Madain Saleh kini jadi kota warisan dunia. (Muhammad Ali/Liputan6.com)

Batu-batu besar dengan ragam bentuk estetis berdiri kokoh di sepanjang jalan di Madain Saleh, sekitar 470 kilometer dari Madinah, Arab Saudi. Lokasi ini disebut-sebut sebagai tempat tinggal kaum Tsamud, umatnya Nabi Saleh yang Allah SWT musnahkan akibat keingkarannya.

Butuh waktu sekitar enam jam dari Madinah untuk menuju lokasi. 

Di tiap sudut batunya, terdapat tekstur dalam ragam bentuk. Juga goresan garis-garis dalam bidang, menghadirkan volume cekung, cembung dan datar bahkan lubang yang tembus ke sisi lainnya.

Menurut arkeolog, Brian Doe, dalam bukunya 'Southern Arabia, Thames and Hudson', kaum Tsamud dikenali melalui tulisan dan pahatan-pahatan yang mereka buat di dinding-dinding batu. 

Kaum Tsamud yang juga disebut Ashab al-Hijr atau penduduk di batu ini memang diakui dalam Alquran sebagai bangsa yang ahli dalam memahat gunung berbatu. Mereka hidup pada abad ke-8 sebelum masehi, sekitar tahun 800 SM.

Selengkapnya...

3. Tingkah Tak Biasa Pendaki Depok yang Meninggal di Gunung Semeru

Sahat M Pasaribu meninggal saat mendaki Gunung Semeru (Ady Anugrahadi/Liputan6.com)

Antonius M Pasaribu, kakak korban mengaku masih tak percaya adiknya meregang nyawa di atas ketinggian Gunung Semeru. Sebab, sejak Sahat pamit mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa itu, dia dan anggota keluarganya lain tak punya firasat khusus.

Di hari-hari keberangkatannya, adiknya selalu memberitahukan kepada sang ibu. Padahal, hal itu tak pernah dilakukan jika adiknya naik gunung.

"Ma, lima hari lagi Sahat ke Semeru, terus ma tiga hari lagi Sahat ke Semeru. Sampai hari Selasa dia bilang ma Sahat mau ke Semeru dong," kata Antonius, Minggu (9/10/2016).

Biasanya, Sahat naik gunung bareng bersama teman-teman tongkrongannya. Tapi itu tidak terjadi ketika adiknya naiknya Gunung Semeru. Itulah yang membuat dirinya bingung.

"Bukan sama tim solidnya kayaknya, yang sekarang manajemen pendakiannya kurang. Kalau kata teman-temannya adik saya fisiknya paling kuat tapi kan kemarin bukan sama teman teman yang biasanya” pungkas Antonius.

Sahat M Pasaribu dilaporkan meninggal dunia saat berupaya menaklukkan puncak Mahameru. 

Selengkapnya..