Liputan6.com, Tapaktuan: Gajah Sumatera liar yang diperkirakan tiga ekor menghancurkan tempat penyulingan minyak nilam milik warga Desa Alue Keujrun, Kluet, Tengah Aceh Selatan, Nanggroe Aceh Darussalam. Selain merusak ketel nilam, dua ekor gajah dewasa dan seekor anaknya juga merusak puluhan hektare tanaman perkebunan seperti jagung, nilam, pisang, pinang dan kelapa.
Kepala Dusun Sarah Baru Gardinsyah mengatakan, sejak dua bulan terakhir kawanan gajah sering berkeliaran di perkebunan dan permukiman penduduk sehingga beberapa kepala keluarga terpaksa mengungsi karena takut. "Keluarga Tasar sudah mengungsi sementara di rumah warga lain karena takut serta bagian belakang rumahnya juga dirusak kawanan gajah," kata Gardinsyah.
Gajah dengan nama Latin elephas maximus sumatranus juga sempat menginjak warga setempat pada pertengahan Januari lalu. Akibat ini, sedikitnya 87 kepala keluarga yang di Desa Alue Keujrun ketakutan. "Korban mengalami retak tulang paha akibat diinjak gajah sehingga harus menjalani perawatan instensif di Rumah Sakit Umum Yulidin Away (RSUYA) Tapaktuan," katanya.
Menurutnya, korban diinjak ketika bersama warga berusaha mengusir satwa itu dari ladang yang telah ditanami padi dan nilam. Tokoh masyarakat desa terpencil di Kecamatan Kluet Tengah berharap pihak terkait melakukan penanggulangan sehingga penduduk kembali bertani dengan tenang. "Kalau dibiarkan berlarut, saya khawatir warga akan meracuni satwa dilindungi itu," katanya.
Desa Alue Keujreun merupakan salah satu desa terpencil dan terisolasi di Kecamatan Kluet Tengah dan berbatasan dengan kabupaten Aceh Tenggara. Untuk menuju ke daerah yang berpenduduk 87 kk atau 315 jiwa itu harus menggunakan perahu melintasi sungai Lawe Melang dengan waktu tempuh antara dua hingga tiga jam.
Sementara itu dari Kecamatan Trumon Timur dilaporkan puluhan petani dari berbagai petani berdelegasi ke Kantor Camat untuk menyampaikan maraknya gangguan gajah sejak dua pekan terakhir. "Selain meminta kawanan gajah diusir dari perkebunan dan pemukiman, warga juga minta ganti rugi tanaman yang telah dirusak gajah," kata Camat Trumon Timur Lahmuddin.(Ant/AYB)
Kepala Dusun Sarah Baru Gardinsyah mengatakan, sejak dua bulan terakhir kawanan gajah sering berkeliaran di perkebunan dan permukiman penduduk sehingga beberapa kepala keluarga terpaksa mengungsi karena takut. "Keluarga Tasar sudah mengungsi sementara di rumah warga lain karena takut serta bagian belakang rumahnya juga dirusak kawanan gajah," kata Gardinsyah.
Gajah dengan nama Latin elephas maximus sumatranus juga sempat menginjak warga setempat pada pertengahan Januari lalu. Akibat ini, sedikitnya 87 kepala keluarga yang di Desa Alue Keujrun ketakutan. "Korban mengalami retak tulang paha akibat diinjak gajah sehingga harus menjalani perawatan instensif di Rumah Sakit Umum Yulidin Away (RSUYA) Tapaktuan," katanya.
Menurutnya, korban diinjak ketika bersama warga berusaha mengusir satwa itu dari ladang yang telah ditanami padi dan nilam. Tokoh masyarakat desa terpencil di Kecamatan Kluet Tengah berharap pihak terkait melakukan penanggulangan sehingga penduduk kembali bertani dengan tenang. "Kalau dibiarkan berlarut, saya khawatir warga akan meracuni satwa dilindungi itu," katanya.
Desa Alue Keujreun merupakan salah satu desa terpencil dan terisolasi di Kecamatan Kluet Tengah dan berbatasan dengan kabupaten Aceh Tenggara. Untuk menuju ke daerah yang berpenduduk 87 kk atau 315 jiwa itu harus menggunakan perahu melintasi sungai Lawe Melang dengan waktu tempuh antara dua hingga tiga jam.
Sementara itu dari Kecamatan Trumon Timur dilaporkan puluhan petani dari berbagai petani berdelegasi ke Kantor Camat untuk menyampaikan maraknya gangguan gajah sejak dua pekan terakhir. "Selain meminta kawanan gajah diusir dari perkebunan dan pemukiman, warga juga minta ganti rugi tanaman yang telah dirusak gajah," kata Camat Trumon Timur Lahmuddin.(Ant/AYB)