Sukses

Jejak Penyerang Polisi Tangerang di Ciamis, Jawa Barat

Sultan pernah dijemput paksa keluarga yang membawa polsek setempat di Ciamis.

Liputan6.com, Jakarta - Polisi memastikan penyerang polisi di Pos Lalu Lintas Cikokol, Tangerang, Senin pagi kemarin adalah Sultan Azianzah. Pemuda 22 tahun itu tewas setelah polisi menembakkan peluru ke paha dan perutnya.

"Pelaku penusukan anggota Polri di Tangerang meninggal dunia dalam perjalanan ke Rumah Sakit Polri," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono kepada Liputan6.com, Kamis, 20 Oktober 2016.

Adik dari seorang bintara polisi ini merupakan lulusan informatika salah satu lembaga perguruan tinggi di Cikokol, Tangerang, pada 2015.

Perkenalannya dengan ideologi garis keras dimulai sejak tahun 2013, berbarengan dengan kuliah, dia mengikuti kelompok pengajian di daerah Benteng Betawi, Tangerang. Dari situlah sikap Sultan perlahan mulai berubah. Dia sering menyendiri dan tertutup dengan keluarga.

Akhir 2015, pihak keluarga dan juga dua orang kakaknya pernah mendatangi sebuah pondok pesantren Al Anshorullah pimpinan almarhum Fauzan Al Anshori di Ciamis. Saat itu juga Sultan dikabarkan jarang masuk kerja di sebuah perusahaan percetakan di bilangan Curug, Tangerang.

Almarhum Fauzan dikenal dengan dakwah-dakwah Daulah Islamiyah. Januari 2015 lalu kepolisian dan pemerintah Kabupaten Luwu, Sulawesi Tengah, menolak acara dakwah yang menghadirkan Fauzan.

Almarhum juga tercatat pernah bergabung dengan Abu Bakar Baasyir dan pecah kongsi dari pergerakan tersebut.

Adapun niat keluarga Sultan mendatangi pondok pesantren di Ciamis adalah untuk menjemput Sultan. Keluarga juga berkoordinasi dengan kepolisian setempat dalam upaya penjemputan paksa. Saat itu Sultan berupaya kabur. Namun usahanya gagal karena dikejar sang ayah dan dibawa pulang ke Tangerang.

Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan membenarkan bahwa Sultan pernah berada di Ciamis. "Dia dijemput paksa keluarga," kata dia.

Sultan lalu memilih keluar dari pekerjaannya pada Jumat, 14 Oktober 2016. Gelagatnya mulai mencurigakan. Dia selalu keluar pagi hari tanpa menyebut kemana dia akan pergi dan pulang sore hari.

Hasil pemeriksaan sementara kakaknya yang merupakan seorang polisi di Polresta Tangerang, sang adik suka berselancar di dunia maya dan mencari-cari sesuatu. Namun, saat ditegaskan, apakah itu berkaitan dengan teroris, dia menyebut masih dilakukan pendalaman.

"Adiknya senang mem-browsing dan mencari tahu. (Tapi soal mencari info teroris) Belum, belum sampai ke sana," ujar Kabag Penum Polri Kombes Martinus Sitompul, Kamis kemarin.

Di hari penikaman tersebut, Sultan meninggalkan rumah sekitar ukul 05.30 WIB menggunakan motor matic milik kakaknya. Dia beralasan hendak mengikuti tes wawancara di sebuah perusahaan.

Insiden penusukan terjadi sekitar pukul 07.10 WIB. Tiga orang polisi termasuk Kapolsek Tangerang Kompol Effendi menjadi korban kebrutalan Sultan.

2 dari 2 halaman

Pengakuan Sultan

Dalam video yang diterima Liputan6.com, Sultan mengaku menyerang polisi karena mendapat perintah dari seseorang. Ia pun menyebut nama pemimpin tertinggi ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.

"Tujuannya ke sini apa bawa-bawa pisau seperti itu?" tanya seseorang kepada Sultan.

"Suruhan khilafah Abu Bakr al-Baghdadi," jawab Sultan.

Pelaku lalu dicecar untuk mengungkap jaringannya di Indonesia. "Di Indonesia siapa pemimpinmu? Siapa yang mengorganisir? Siapa yang dituakan?"

"Tidak ada, Pak. Saya sendiri, Pak," Sultan menjawab.

Saat ditanya keberadaan anggota kelompoknya yang ada di Indonesia, Sultan mengaku tidak tergabung dengan kelompok radikal apa pun di Indonesia.