Liputan6.com, Serang - Presiden Joko Widodo atau Jokowi berharap agar Yayasan Pendidikan Al Khairiyah, terus memberikan kontribusi nyata untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, jujur, nasionalisme, dan berintegritas. Sehingga tak ada lagi orang melakukan pungutan liar atau pungli dan merusak negara.
"Karena kalau kita lihat tantangan yang kita hadapi, masa yang akan datang, bukan masa kepandaian, bukan masa kepinteran, tapi masa kejujuran, masa akhlak, masa yang akhlakul karimah," kata Jokowi, saat menghadiri Muktamar Al Khairiyah ke IX di Citangkil, Kota Serang, Banten, Sabtu (22/10/2016).
"Pemerintah berterima kasih kepada Al Khairiyah yang melahirkan insan-insan yang berkejujuran, yang berintegritas," sambung dia.
Advertisement
Mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta ini mengingatkan, agar seluruh keluarga besar Al Khairiyah tak melupakan semangat KH Syam'un, yang memajukan dunia pendidikan di Tanah Air.
"Misi awal, KH Syam'un, mulai ponpes, madrasah, hingga perguruan. Kini Al Khairiyah terus berjuang memajukan pendidikan di Indonesia. Saya ingin menekankan pada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) nya," tegas Jokowi.
Sejarah mencatat Perguruan Islam Al Khairiyah didirikan KH Syam'un yang bertempat di Citangkil, Kota Cilegon, Banten, pada 1916 Masehi. Perguruan tersebut dibagi dalam dua sistem, yakni sistem pesantren atau tradisional. Kedua menerapkan sistem madrasah atau klasikal.
Nama Al Khairiyah sendiri diambil dari sebuah nama bendungan di Sungai Nil, Mesir, dengan harapan dapat menambah semangat juang KH Syam'un dalam dunia pendidikan. Dan membawa manfaat besar bagi masyarakat, agama, dan negara. Sebagaimana bendungan tersebut memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Mesir.
Kiai Militer
Sedangkan, KH Syam'un merupakan pria yang lahir pada 5 April 1894 di Kampung Beji, Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang, yang saat itu masih berupa Karsidenan Banten dan masuk dalam Provinsi Jawa Barat.
Putra dari pasangan Hj Hajar dan H Alwiyan ini pernah mengenyam pendidikan di Mekkah, Arab Saudi pada 1905 hingga 1910, dan di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir pada 1910 hingga 1915.
Darah perjuangan selain ditularkan kedua orang tuanya, sang kakak pun, KH Wasyid merupakan tokoh perlawanan terhadap penjajah, yang terkenal melalui Geger Cilegon pada 1888.
Pada 1943 hingga 1948, KH Syam'un menjadi Panglima Divisi Banten dengan pangkat kolonel, merangkap menjadi Bupati Kabupaten Serang.
Pada 23 Desember 1948, tentara Belanda menyerbu daerah Banten. Pada saat itu KH Syam'un ditawan tentara Belanda, tetapi pada malam harinya beliau dapat meloloskan diri. Keesokan harinya menggabungkan diri dengan Markas Gerilya sektor I wilayah Gunungsari.
Kemudian KH Syam'un memimpin perang Gerilya bersama pemimpin lainnya, tepat pada Senin 28 Februari 1949 pukul 09.00 WIB KH Syam'un meninggal dunia di tengah hutan Cacaban, Kampung Kamasan, Desa Kamasan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten. Pada hari itu juga beliau dikebumikan di pemakaman umum Kampung Kamasan.
Namun hingga kini, KH Syam'un berulang kali gagal mendapatkan gelar pahlawan nasional, dengan alasan ruang lingkup perjuangannya yang hanya di wilayah Banten dan Jawa Barat.