Liputan6.com, Jakarta Setelah menghembuskan napas terakhirnya pada Kamis sore, 27 Oktober 2016, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, ayahanda Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Achmad Saleh, langsung diterbangkan ke rumah duka.
Rumah duka tersebut persisnya berada di Jalan Sambu No 36 Kelurahan 26 Ilir, Kecamatan Ilir Barat 1, Palembang, Sumatera Selatan.
Baca Juga
Jenazah Achmad Saleh akhirnya disemayamkan di peristirahatan terakhir, Tempat Pemakaman Umum (TPU) Puncak Sekuning Palembang pada Jumat siang 28 Oktober 2016. Almarhum meninggal pada umur 78 tahun.
Advertisement
Para pejabat negara turut berdatangan, seperti Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, Gubernur Jambi Zumi Zola, Kapolda Sumsel Irjen Pol Djoko Prastowo, dan mantan Wakapolda Lampung Kombes Krisna Murti.
Sekitar pukul 13.00 WIB, rombongan keluarga yang mengantarkan jenazah Achmad Saleh tiba di TPU Puncak Sekuning Palembang. Ayahanda Kapolri dimakamkan di areal pemakaman keluarga, yang terletak di ujung kawasan TPU Puncak Sekuning Palembang.
Tito mengazani jenazah ayahnya sebelum dikebumikan. Suasana haru pun menyelimuti seluruh anggota keluarga dan ratusan pelayat yang hadir.
Di mata Tito, ayahanda adalah sosok yang teguh mendorong anak-anaknya untuk bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi, meskipun hidup dalam keterbatasan.
"Ayah bukanlah orang berada, tapi beliau berjuang agar kami mendapatkan pendidikan yang terbaik di Palembang. Kami tidak diberikan warisan apapun, tapi ayah saya berikan investasi menjanjikan yaitu pendidikan," ujar Kapolri kepada Liputan6.com, usai pemakaman.
Berkat investasi yang diberikan sang ayah, semua saudaranya kini sukses meraih pendidikan tinggi. Meskipun sang ayah berkeinginan anak-anaknya mengenyam pendidikan hingga doktor.
"Kami semua terpacu untuk mengejar pendidikan. Dari pesan almarhum, beliau mengimbau untuk tidak berhenti mengejar pendidikan. Kakak saya, adik saya, dan saya juga dipaksa untuk mengambil master hingga doktor," kenang Tito.
Tito juga menceritakan sepak terjang sang ayah di dunia jurnalistik Sumatera Selatan. Sang ayah adalah jurnalis yang memulai kariernya sekitar era 1960.
Walaupun sudah tak lagi berkecimpung sebagai jurnalis, namun Achmad Saleh masih tetap menyalurkan bakat menulisnya hingga usia senja.
"Sampai akhir hayatnya masih menulis. Jiwa jurnalisnya sangat kental. Terlebih, dia mencetuskan Asosiasi Wartawan Sumsel," kata Tito.
Sebagai sang anak, Tito menyampaikan permintaan maafnya jika sang ayah mempunyai kesalahan kepada masyarakat selama masa hidupnya.