Liputan6.com, Depok - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengimbau jajarannya untuk mengamankan demonstrasi besar-besaran 4 November nanti. Tito melarang personelnnya menggunakan senjata api dalam pengawalan demonstrasi itu.
"Instruksi saya untuk pasukan yang berhadapan dengan demonstran enggak boleh bawa senjata, apalagi peluru tajam. Ada tim dipersiapkan khusus untuk menghadapi situasi bila terjadi kontigensi. Penggunaan kekerasan dengan peluru tajam harus dibatasi hanya perintah tertentu aja. Enggak boleh main sendiri," kata Tito usai apel pasukan di lapangan Markas Korps Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Senin (31/10/2016).
Baca Juga
Saat ini pihaknya terus menjalin dialog dan komunikasi dengan masing-masing perwakilan organisasi masyarakat yang ikut turun ke jalan.
Advertisement
"Dialog terus kita lakukan untuk redam situasi," kata Tito.
Eskalasi politik akhir-akhir ini, Tito menjelaskan, meningkat. Ini sejalan dengan mulai berjalannya Pilkada serentak. Ini disebabkan adanya kelompok masyarakat yang dukung mendukung para pasangan calonnya masing-masing.
"Dari sudut pandang polisi dapat timbulkan potensi konflik, keinginan menangkan pasangan calon yang seharusnya sesuai aturan seringkali menghalalkan segala cara," ujar Tito.
Selain itu, Tito meminta personelnya agar solid secara internal. "Enggak boleh ada perpecahan. Komando harus jelas, enggak boleh masing-masing terjemahkan sendiri. Jalin hubungan baik dengan satuan kawan kita TNI," dia mengatakan.
"Jangan antara kita saling ribut di Brimob, dengan satuan wilayah ribut, jangan sampai terjadi," Tito memungkasi.
Demo 4 November adalah sikap sejumlah organisasi massa yang meminta Polri tetap melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus dugaan penistaan agama dengan terlapor Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.