Liputan6.com, Jakarta - Seorang demonstran meninggal dunia usai ikut demo 4 November 2016 di depan Istana Merdeka. Almarhum Syachrie Oy Bcan, kepada keluarga, mengaku akan berangkat unjuk rasa atas inisiatif sendiri. Pria 65 tahun itu sempat berpamitan sebanyak dua kali kepada istrinya Ermalina.
"Pas mau berangkat, dia dua kali pamit. Sudah keluar, eh masuk lagi untuk pamit dengan saya," kata Ermalina, saat ditemui di rumah duka Perumahan Binong Permai Blok f-14/24 RT 06/07, Curug, Kabupaten Tangerang, Sabtu (5/11/2016).
Saat itu, dia tak memiliki firasat apapun atas kepergian suaminya. Terlebih, rencana tersebut sudah diungkapkan almarhum sejak beberapa hari sebelumnya.
Advertisement
"Bapak kan guru ngaji dan juga sering lihat televisi, katanya ulama saja ikut aksi untuk membela Alquran, dari situ bapak tergerak ingin ikut," tutur Erma.
Hal serupa juga diungkapkan anak kedua almarhum, Gilang. Menurut dia, ayahnya itu mengikuti aksi bukan untuk menebar kebencian atas tindakan Ahok, melainkan mencoba melakukan aksi damai membela Alquran.
"Alasan ayah saya ikut demo kemarin, murni karena untuk menegakkan hukum Allah. Tidak ada sangkut pautnya dengan politik," tutur Gilang.
Dia juga mengaku, dari jauh-jauh hari ayahnya sudah memperlihatkan semangatnya untuk ikut demonstrasi itu. Meski umurnya sudah tak lagi muda, tak ada sedikit pun dalam benaknya terpikir untuk membenci etnis lain.
"Ayah saya tidak ikut ormas Islam manapun dan partai politik apapun. Jadi alasannya dia ikut demo, jelas semua karena Allah," kata Gilang.
Namun, takdir berkata lain. Hanya raga sang ayah yang pulang ke rumah. Keluarga tak menyangka bila almarhum akan meninggal, meski mengaku ikhlas. "Ini sudah takdir Allah," ucap Gilang.