Sukses

Hanura Bantah Bakal Gelar Munaslub Gantikan Wiranto

Wakil Ketua Dewan Penasihat DPP Partai Hanura Djafar Badjeber sebelumnya menggulirkan wacana Munaslub.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Umum DPP Partai Hanura Chairuddin Ismail membantah kabar bahwa partainya mengalami perpecahan, dan akan menggelar Musyawarah Luar Biasa (Munaslub).

Chairuddin mengatakan desakan untuk digelarnya Munaslub hanya sikap perorangan. Kesepakatan untuk tidak digelar Munaslub berdasarkan hasil rapat pleno yang dihadiri Ketum Wiranto, dan jajaran ketua DPD partai se-Indonesia. Rapat itu digelar pada Rabu 9 November 2016.

Tujuan dari rapat tersebut adalah untuk pemantapan konsolidasi organisasi Partai Hanura.

"Ya insya Allah tidak (digelar Munaslub), kecuali nanti ada perkembangan baru. Tapi yang pertama yang harus dilakukan konsolidasi ke dalam untuk memperbaiki atau memantapkan roda organisasi ini," kata Chairuddin di Jakarta, Kamis (10/11/2016).

Wacana Munaslub sebelumnya digulirkan Wakil Ketua Dewan Penasihat DPP Partai Hanura Djafar Badjeber beberapa waktu lalu. Djafar menilai partainya harus segera menggelar munaslub agar tidak terjadi kekosongan jabatan. Sebab sesuai aturan, jabatan pelaksana harian hanya berlaku selama tiga bulan.

Menanggapi hal itu, Chairuddin menilai Djafar tidak mengerti aturan lantaran jarang hadir rapat. Seharusnya jika ada persoalan, kata dia, Djafar dapat menemui dirinya bukan malah bersuara di media atau menyurati Presiden Joko Widodo.

"Dia enggak ngerti karena dia enggak pernah hadir ke sini. Dia ini saja rapat penasihat enggak pernah datang. Dia kan jadi komisaris. Nah dia, kalau itikadnya baik kan dia datang ke saya, tanya dulu bukannya ngirim surat, saya tidak pernah terima," ujar dia.

Sejauh ini, Chairuddin mengklaim semua pimpinan dan pengurus DPD partai menolak diadakannya munaslub. Pasalnya, para kader di daerah masih membutuhkan sosok Wiranto sebagai pimpinan sekaligus perekat partai dalam menyelesaikan segala persoalan.

"Nah seluruh DPD menolak Munaslub itu. Kenapa? Mereka juga semua di samping begini, mereka membutuhkan kehadiran Pak Wiranto ya, dan Pak Wiranto ini bukan hanya sekadar tokoh, dia adalah perekat kita. Perekat dalam arti yang membikin partai ini semua masalah bisa selesai," papar dia.

Dijelaskan Chairuddin, saat ini dirinya sudah tidak menjabat sebagai pelaksana harian partai. Roda partai saat ini dipimpin wakil ketua umum. Selain it pengambilan keputusan strategis tetap ada di tangan Wiranto.

"Enggak sekarang sudah enggak ada, begitu Pak Wiranto enggak aktif tapi saya melaksanakan tugas beliau karena enggak mungkin tanda tangan kan. Itu bisa, ini dia sibuk kan Menko Polhukam," jelas dia.

Lebih lanjut, dia mengaku tetap rutin bertemu Wiranto setiap seminggu sekali. Tujuannya, untuk menjelaskan persoalan-persoalan dan meminta persetujuan Wiranto dalam mengambil keputusan.

"Tetapi setiap langkah-langkah seminggu sekali saya minta waktu. Menjelaskan ini loh saya mau ambil begini-begini. Kalau dia tidak setuju saya tidak lakukan. Terutama yang sifatnya strategis ya. Ini masalah strategis kan, masa saya enggak tahu," ungkap Chairuddin.