Sukses

Barometer Pekan Ini: Arti Safari Militer Jokowi

Langkah safari militer yang dilakukan Presiden Jokowi dinilai sebagai upaya merekatkan kembali hubungan antar-elemen yang sempat renggang.

Liputan6.com, Jakarta - Politik Tanah Air menghangat akibat kasus dugaan penistaan agama dengan tertuduh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Gubernur DKI Jakarta non-aktif yang juga jadi calon petahana pemilihan gubernur tahun depan. Untuk mengendalikan situasi, Presiden Joko Widodo menemui berbagai elemen bangsa.

Unjuk rasa Jumat 4 November lalu benar-benar jadi ujian bagi republik yang dibentuk dalam semangat keberagaman ini. Puluhan ribu umat Islam mendesak penguasa tegas memproses hukum Ahok dalam dugaan penistaan agama.

Namun sayang, malam harinya bentrokan pendemo dengan polisi pecah. Jauh dari pusat unjuk rasa di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara sebuah mini market bahkan dijarah.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (12/11/2016), tiga hari pascademo 4 November, di awal pekan presiden mengumpulkan prajurit dari tiga matra di markas TNI Angkatan Darat (AD) yang tak jauh dari Istana Negara. Di samping berterima kasih karena mengamankan aksi demo 4 November, presiden mengingatkan tugas TNI sebagai perekat bangsa dan penjaga kedaulatan NKRI.

Usai apel di Mabes TNI AD Presiden Jokowi berkunjung ke kantor PBNU bertemu dengan Said Aqil Siradj dan Ketua MUI Maruf Amin. Presiden berterimakasih pada ulama karena mendinginkan suasana demo 4 November.

Esok harinya, giliran kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah di Menteng, Jakarta Pusat yang didatangi presiden. Di sana, presiden kembali menegaskan tak akan melindungi Basuki Tjahaja Purnama dalam dugaan penistaan agama.

Safari presiden terus berlanjut hari itu dengan memberi pengarahan kepada ratusan perwira menengah dan perwira tinggi Polri di auditorium PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Semua pembicaraan masih terkait reaksi atas demo 4 November. Termasuk ujaran kebencian dan penghinaan terhadap simbol negara.

Mengendalikan situasi, termasuk mendalami dugaan adanya aktor politik yang menunggangi demo 4 November, Presiden Joko Widodo ingin mendengar langsung dari ulama. Tidak hanya mengandalkan laporan anak buahnya.

Safari politik Presiden Joko Widodo berlanjut. Presiden didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla mengundang pimpinan ormas Islam ke Istana Merdeka. Kepada mereka presiden kembali menegaskan tak akan melindungi Basuki Tjahaja Purnama.

Selain itu, presiden juga mengundang 78 kiai dan ulama dari Pondok Pesantren se-Banten dan Jawa Barat ke Istana Merdeka. Pada presiden, para ulama mendesak proses hukum atas dugaan penistaan agama berlangsung adil.

Di hari yang sama, safari militer presiden berlanjut. Giliran markas Kopassus Cijantung, Jakarta Timur yang didatangi. Di hadapan 1.720 prajurit Kopassus, Presiden menyatakan rasa bangga karena Kopassus selalu siap membela Pancasila dan NKRI.

Jumat 11 November 2016 kemarin, giliran markas Korps Brimob Kelapa Dua yang dikunjungi presiden. Di sana presiden mengingatkan brimob untuk tetap jaga persatuan bangsa, setia pada Pancasila dan UUD 1945.

Siang harinya, dari atas tank jenis Amfibi BMP 3F, Joko Widodo memimpin apel pasukan Marinir TNI Angkatan Laut di Mako Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan. Jokowi hendak memastikan, TNI loyal kepada negara dan kepada perintah panglima tertinggi angkatan bersenjata yaitu presiden.

Langkah safari militer dan safari terhadap ulama yang dilakukan Joko Widodo dinilai sebagai upaya merekatkan kembali hubungan antar elemen bangsa yang sempat renggang.

Semuanya diarahkan agar dugaan penistaan agama tidak melebar menjadi perpecahan di antara anak bangsa.

Dewasa berpikir, dewasa menyampaikan pesan singkat di media sosial dan dewasa bertindak jadi pesan presiden. Agar jangan sampai dugaan penistaan agama menjalar menjadi perpecahan di antara sesama anak bangsa yang semestinya menjunjung tinggi keberagaman.

Simak ulasan selengkapnya dalam Barometer Pekan Ini yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (12/11/2016), berikut ini.