Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat kepuasan jemaah haji Indonesia 2016 di angka 83,83 persen. Jumlah tersebut didapat dari total responden 18.500 jemaah haji 2016.
"Secara keseluruhan angka tersebut sudah mencapai kata memuaskan atau di atas standar. Bila dibandingkan tahun lalu, terjadi kenaikan sebesar 1,16 poin," ujar Kepala BPS Suhariyanto saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa, 15 November 2016.
Suhariyanto menjelaskan hasil memuaskan tahun ini didapati BPS dari pelayanan petugas kloter di angka 86,40 persen.
Advertisement
"Kemudahan dalam menemukan mereka, kesopanan, kejelasan dan kecepatan informasi, membuat hal tersebut diapresiasi jemaah secara baik," kata dia.
Kendati, kata Suhariyanto, pelayanan dengan angka terendah jatuh pada layanan bus Armina. Hal itu disebabkan armada dinilai para jemaah kurang mencukupi, utamanya soal ketepatan waktu kedatangan bus dan kenyamanan berkendara dalam bus.
"Walau dapat poin kepuasan terendah dari jemaah, tahun ini layanan bus Armina berhasil naik 2,06 poin ketimbang tahun sebelumnya. Ini adalah kenaikan cukup tinggi," kata dia.
Sementara, menanggapi pemaparan BPS, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi angka kepuasan haji Indonesia 2016 oleh BPS.
"Dari tahun saya menjabat sebagai menteri, 2014, 2015, 2016, angkanya selalu naik, 81,52 ke 82,67 ke 83,83. Ini sesuatu yang baik dengan harapan bisa masuk ke poin 85, agar masuk kategori sangat memuaskan," kata Lukman dalam kesempatan yang sama.
Menyinggung adanya ketidakpuasan paling rendah pada bus Armina, Lukman meluruskan, koordinasi bus di luar batas kewenangan pemerintah RI.
"Karena itu, (bus Armina) di luar intervensi pemerintahan Indonesia. Itu diatur mereka (Arab Saudi) vendor bus juga diundi per negera, jadi kami tidak bisa menolak," ujar Lukman.
Survei ini digelar pada gelombang keberangkatan I (Madinah) dan gelombang II (Jeddah). Penarikan sampel menggunakan teknik satu tahap berstrata atau one stage stratified random sampling. Estimasi indeks kepuasan berlaku level nasional dengan margin error sebesar 5 persen.
Ada sembilan jenis pelayanan sebagai acuan penilaian, yakni petugas kloter, petugas non-kloter, petugas ibadah, akomodasi, katering, bus antar kota, bus Salawat, bus Armina, dan pelayanan lainnya.