Liputan6.com, Jakarta - Isu rencana demo lanjutan pada 25 November sempat bergulir masif di media sosial (medsos), sebelum penetapan tersangka Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok atas kasus dugaan penistaan agama.
Bahkan demo tersebut juga bakal mengancam pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi.
Baca Juga
Menanggapi hal itu, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian meminta semua pihak menahan diri. Dia berharap, tak ada lagi aksi lanjutan dari demo 4 November lalu. Dia juga berharap agar masyarakat berpikir lebih kritis dan tak mudah terprovokasi.
Advertisement
"Kalau itu (demo 25 November) terjadi, masyarakat bisa menilai sendiri. Karena masyarakat kita sekarang sudah pada pintar. Dan masyarakat tidak mudah dipengaruhi," ujar Tito saat berkunjung ke Mapolda Metro Jaya, Rabu (16/11/2016).
Tito mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap isu-isu yang berkembang liar melalui media sosial. Apalagi Polri telah mengindikasikan adanya aksi cyber troops yang dilakukan oleh kelompok tertentu untuk membuat kegaduhan nasional.
"Saya minta hati-hati di sosial media. Kita sudah mengindikasi bahwa sosial media ada kelompok yang memiliki cyber troops atau cyber army. Kelompok yang memang sengaja merencanakan dan men-setting agar masyarakat terprovokasi sedemikian rupa," papar Tito.
"Jadi, apapun yang bisa dijadikan peluang membuat negara kacau dan membuat masyarakat bingung, membuat masyarakat teradu domba. Jangan mau diadu domba dan terprovokasi," sambung dia.
Mantan Kapolda Metro Jaya itu menegaskan, bangsa Indonesia telah memiliki iklim demokrasi yang luar biasa. Pembangunan infrastruktur dan perkembangan ekonomi juga meningkat.
Karena itu, masyarakat diimbau agar tak mudah dipecah belah dengan isu-isu yang berkembang liar di dunia maya.
"Jangan sampai mundur. Mari kita bersikap lebih kritis. Sekali lagi, jangan mudah terpengaruh medsos yang mungkin di-setting pihak tertentu. Kalau (info) nggak akurat, nggak usah di-share. Dan gunakan akal yang jernih melihat permasalahan ini," pungkas Tito Karnavian.
Cyber troops atau yang bisa diartikan sebagai pengerahan pasukan di dunia maya merupakan salah satu strategi kampanye yang luar biasa saat ini. Cyber troops ditugaskan untuk menggiring opini sedemikian rupa melalui jejaring atau media sosial.
Isu disebarkan begitu masif melalui media sosial atau situs-situs tertentu di dunia maya, sehingga melahirkan opini yang sengaja digiring dan tentu menguntungkan pihak yang berkepentingan.