Liputan6.com, Jakarta Suasana Hotel Grand Zuri hari itu berbeda dari biasanya. Tempat yang berada di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Banten tersebut akan menjadi lokasi Antasari Azhar dalam merayakan syukuran atas kondisi yang dirasakan saat ini.
Mantan Ketua KPK itu kini menghirup udara bebas sejak Kamis 10 November 2016. Ia dinyatakan bebas bersyarat setelah mendekam secara fisik selama 7,5 tahun di Lembaga Pemasyarakatan Tangerang, Banten.
Dalam perjamuan yang dibalut suasana hangat itu, hadir Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pria yang akrab disapa JK itu tiba pukul 11.15 WIB.
Advertisement
Kedatangan JK disambut Antasari yang mengenakan kemeja krem dan peci hitam. Keduanya lantas berjalan berdampingan. JK yang memakai batik biru lengan panjang hanya melempar senyum ketika mengikuti langkah Antasari menuju ruang acara.
Selain JK, ada juga sejumlah pejabat dan mantan pejabat negara yang hadir. Antara lain, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, mantan Jaksa Agung Basrief Arief, dan mantan Wakil Jaksa Agung Darmono.
Namun dalam deretan kursi itu tak terlihat sosok Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat ditanyakan, pihak sohibul bait enggan mengungkapkan alasannya.
"Kenapa itu ditanyakan? Janganlah saya dibenturkan dengan itu, tidak ada masalah saya dengan SBY," kata Antasari.
Dia hanya menjelaskan bahwa orang-orang yang diundang adalah yang punya kedekatan secara pribadi dengannya. Mereka adalah orang yang telah mendukung dan peduli saat dia terpuruk.
"Ya kedekatan personal, nurani. Artinya, dia peduli ketika saya di dalam (penjara), dia support," ujar dia.
Antasari sebelumnya pernah mengungkapkan rasa herannya sampai dijebloskan ke dalam penjara. Menurutnya, dia telah mengabdikan diri untuk negara hingga menomorduakan keluarga. Namun pengorbanan itu justru menyeretnya ke dalam jeruji besi.
"Negara justru memasukkan saya (ke penjara). Yang memimpin negara maksudnya," ujar Antasari di Palembang, Rabu 23 November 2016.
Saat ditanya siapa pemimpin negara yang dimaksud, Antasari menepis bahwa ucapannya itu menyindir pemimpin negara sebelumnya.
"Loh, kan yang masukin saya negara. Kan jaksa penuntut negara yang masukin saya. Ini jangan dipelintir. Sudah cukuplah, Indonesia sudah kondusif, jangan buat panas," ujar Antasari.
Jokowi Dukung Bongkar Kasus
Seyogyanya, Presiden Joko Widodo turut serta dalam kegiatan itu. Namun lantaran ada kegiatan kenegaraan di Makassar, Presiden pun absen. Kabar ketidakhadiran itu langsung disampaikan Jokowi kepada Antasari melalui sambungan telepon.
"Dia telepon kira-kira pukul 10.00 WIB, bilang 'mohon maaf Pak Antasari, saya lagi di Makassar, ada kegiatan kenegaraan'," ucap Antasari.
Antasari mengungkapkan, Jokowi peduli terhadap kondisi yang dialaminya dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, dia mengaku pemerintah saat ini mendukung dalam menyingkap tabir gelap kasusnya itu.
"Ya beliau ada kepedulian. Support maksimal mereka (pemerintah). Cuma pada akhirnya saya yang harus buka. Bukan berarti buka, oh pelakunya adalah si itu, tidak begitu. Biarlah proses itu nanti yang membuka," ucap Antasari.
Ia menegaskan tidak akan sembarangan mengungkap kebenaran dalam kasus ini. Butuh waktu dan strategi jitu untuk membongkar semuanya. "Nanti lah ada waktunya," ketus dia.
Kondisinya yang kini tak memiliki kekuatan, disadari Antasari akan membuat tak berdaya untuk menabuh genderang. Butuh lembaga formal, seperti aparat penegak hukum yang konsisten memulai penguakan tabir gelap kasusnya tersebut.
"Makanya, saat ini kan ada upaya lagi. Pelan-pelanlah. Ibaratnya, seperti mencari jarum di dalam jerami," kata mantan jaksa tersebut.
Yang jelas, tegas dia, hal yang harus dilakukan adalah rehat sejenak lebih dulu. Sekaligus melaksanakan nazar-nazar yang pernah dipatrikan sebelumnya, seperti berziarah ke makam orangtua dan leluhurnya.
Baru setelah itu, sekitar awal 2017 nanti, dia akan menginjak pedal pegas lagi untuk menungkap kebenaran yang sesungguhnya dalam kasus ini. "Kalau sekarang ini terlalu dini bicara."
Sandi 'Bau Amis'
Sikap tegar Antasari dalam mengikuti garis hidupnya dipuji Menkumham Yasonna Laoly. Menurut dia, dalam sejarah perjalanan hukum di dunia, pernah terjadi orang tidak bersalah dihukum mati.
"Tapi Antasari patuh hukum. Dia terima hukum itu dan dijalankan walau rasakan ada sesuatu. Beliau seorang yang sangat gentleman," puji Yasonna.
Antasari dijebloskan ke penjara pada 2009. Dia dituduh menjadi otak pembunuhan Direktur PT Rajawali Putra Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen. Kasus Antasari ini pun membuat heboh publik saat itu. Sebab, karir Antasari tengah berada di puncak.
Beberapa kali Antasari membuat gebrakan di KPK. Antara lain menangkap Jaksa Urip Tri Gunawan dan Artalyta Suryani dalam kaitan penyuapan kasus BLBI Syamsul Nursalim, dan menangkap Al Amin Nur Nasution dalam kasus persetujuan pelepasan kawasan hutan lindung Tanjung Pantai Air Telang, Sumatera Selatan.
Di tengah karir yang gemilang, Antasari ditumbangkan oleh kasus pembunuhan Nasrudin. Antasari berkali-kali membantah tak terlibat, namun dia tak punya daya apa-apa dan harus menghabiskan tujuh tahun enam bulan di penjara.
Antasari divonis 18 tahun penjara dan mendapatkan remisi 53 bulan 20 hari, hingga akhirnya bebas bersyarat pada 10 November 2016.
Kata Yasonna, masyarakat harus dapat membedakan antara kebenaran hukum dan kebenaran hakiki dalam kasus Antasari. Sebab, dia merasakan ada misteri di balik kasus Antasari ini.
Meski dia tak menjelaskan rinci maksud dari misteri dalam kasus Antasari ini. Yang jelas, Yasonna mengatakan, dirinya mengaku mencium hal tak beres dalam kasus ini jika merujuk pada berkas perkara dan pertimbangan hukum yang dibaca.
"Saya baca berkas, baca pertimbangan hukum, baca apa yang disampaikan beliau, saya orang hukum, saya merasakan something smelly, ada 'bau-bau amisnya' begitu," ungkap Yasonna.
Siapa 'Beliau'?
Wakil Presiden Jusuf Kalla meyakini kabut tebal yang menyelimuti kasus Antasari lambat laun akan tersibak. Karena dirinya percaya bahwa kebenaran pasti menemui jalannya sendiri.
"Seperti tulisan di billboard, maka kebenaran pasti jaya," ujar JK saat menghadiri syukuran Antasari di Hotel Grand Zuri.
Menurut JK, kasus yang menjerat Antasari ini harus jadi pelajaran. Karenanya, kebenaran dalam kasus Antasari ini harus terungkap, sebab dia tidak ingin kasus-kasus seperti ini terulang.
"Ini bukan apa-apa. Karena kebenaran harus terungkap supaya jangan terulang. Maka kebenaran harus menang, agar menjadi pelajaran kepada siapa saja, kepada yang melakukan ini, pengadilan, jaksa, dan kepada yang jadi korban," kata JK.
Pada kesempatan ini, JK menyinggung soal kebenaran dari kasus ini. Dia menyebut kata sandi baru. Menurut JK, ada satu orang yang mengetahui kebenaran sesungguhnya dalam kasus ini, yakni 'beliau'.
"Menurut saya, yang mengetahui kebenarannya cuma beliau. Walau masa lalu (perjalanan kasus Antasari) sudah diselesaikan," kata JK tak merinci siapa yang dimaksud dengan kata 'beliau'.