Liputan6.com, Jakarta - Format demo 2 Desember atau 212 yang dilakukan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) berubah dari yang semula beraksi di jalan protokol menjadi zikir dan doa bersama di Monas. Aksi pun dipastikan berjalan damai.
Kendati begitu, Polri tetap mewaspadai segala kemungkinan terjadinya tindak pidana dengan memanfaatkan momentum tersebut, salah satunya mengenai informasi makar. Selain itu, soal tindakan terorisme dengan berkaca pada aksi 4 November 2016.
"Kita sifatnya lebih kepada upaya deteksi dini dan penyelidikan. Kami tak berharap demikian (ada makar atau aksi terorisme), tapi polisi kan segala macam dideteksi, dimonitor, mana gangguan atau bahaya bagi masyarakat dan negara," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (29/11/2016).
Advertisement
Boy melanjutkan, pihaknya telah menangka sembilan orang terduga teroris yang memanfaatkan aksi demo 4 November lalu. Orang-orang yang diketahui berbaiat dengan kelompok radikal ISIS itu tidak mengikuti demo 4 November.
Namun mereka baru turun malam hari, memanfaatkan situasi chaos pada aksi tersebut. Hal itu, kata Boy, menunjukkan aksi damai yang dilakukan GNPF MUI rentan disusupi oleh kepentingan-kepentingan kelompok yang tak bertanggung jawab.
"Tentu pesan kepolisian adalah bahwa kondisi yang kemarin aksi 4 November dan rencana di 2 Desember itu memang enggak lepas dari pemanfaatan momen oleh kelompok jaringan teror‎," jelas dia.
Namun demikian, Polri tetap yakin aksi pada Jumat 2 Desember nanti bakal berjalan tertib dan damai. Apalagi kegiatan tersebut murni untuk ibadah, yakni melakukan zikir, istigasah, dan doa bersama di Monas.
"Mudah-mudahan niat yang tidak baik tidak muncul, karena ini ibadah, suci, semua pihak yang manfaatkan momen itu berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mendapatkan kebaikan," Boy memungkasi.