Sukses

Lalut Birai, Lokasi Pengamatan Flora Fauna Borneo

Sebuah Stasiun Penelitian Hutan (SPH) didirikan di Lalut Birai, Long Alango, Kaltim. SPH dimaksudkan untuk meneliti perkembangan flora dan fauna di kawasan TN Kayan Mentarang, juga sebagai objek wisata.

Liputan6.com, Long Alango: Sebuah Stasiun Penelitian Hutan (SPH) didirikan di Lalut Birai, Desa Long Alango, Kalimantan Timur, baru-baru ini. Pendirian SPH itu dimaksudkan untuk untuk meneliti perkembangan flora dan fauna yang ada di kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang TNKM) [Baca: Taman Nasional Kayan Mentarang Ditangani WWF].

Untuk mencapai SPH Lalut Birai, layaknya kawasan pedalaman Bumi Borneo lainnya, adalah melalui sungai. Karena itu, dibutuhkan transportasi berupa perahu atau long boat melalui Sungai Nggeng. Untungnya, menjelang lokasi telah dibangun sebuah jembatan gantung sehingga pengunjung tak perlu lagi menyeberangi sungai. Memang, perjalanan menuju SPH Lalut Birai adalah saat-saat yang menarik. Pasalnya, pengunjung dapat menemukan berbagai jenis flora dan fauna khas Kalimantan --termasuk serangga dan hewan melata-- yang ada di sepanjang jalan.

SPH Lalut Birau didirikan World Wildlife Fund (WWF) Indonesia dengan bantuan sejumlah donor. Kehadirannya saat ini, tak hanya berfungsi sebagai tempat penelitian dan observasi di bidang ekologi maupun klimatologi. Lebih dari itu, yaitu diupayakan sebagai satu di antara objek wisata unggulan di TNKM.

Khusus untuk kepentingan penelitian, SPH Lalut Birai menyediakan sejumlah fasilitas. Di antaranya adalah laboratorium beserta perangkat pendukungnya dan pembangkit listrik tenaga surya untuk menunjang pekerjaan tim biologi yang bertugas di sana. Bagi staf lokal yang sehari-hari tinggal dan melakukan penelitian intensif di SPH Lalut Birai, juga disediakan kamar tidur. Sedangkan untuk pengunjung yang berkepentingan sebagai peneliti tamu sekaligus pariwisata, tersedia bungalow yang cukup nyaman.

Dalam melakukan penelitian, Tim Biologi WWF Proyek TNKM tak hanya bekerja di sekitar SPH, namun juga menjangkau seluruh wilayah Kayan Mentarang. Sejauh ini, tim yang bekerja sejak sepuluh tahun silam tersebut telah mengidentifikasi, di antaranya lebih dari dua ribu jenis pohon dan tiga ratus jenis burung, mamalia, serta primata. Menurut Koordinator Konservasi Biologi WWF, hingga kini kekayaan alam TNKM masih dalam kondisi terjaga. Padahal, dalam kurun waktu tertentu, ada saja pemburu. Namun hal itu tak mengganggu populasi.

Sebenarnya, keberadaan SPH Lalut Birai sebagai sentral kegiatan riset biologi Taman Nasional Kayan Mentarang adalah untuk mengetahui secara pasti perkembangan biologi yang ada di kawasan tersebut. Dengan begitu, upaya konservasi di TNKM dapat segera dirumuskan. Bahkan, SPH juga berguna untuk kepentingan masyarakat sekitar, di antaranya bagi dunia pendidikan, penelitian, dan pariwisata. Untuk itu, pengelola SPH mempekerjakan warga setempat sebagai staf biologi.

Diharapkan, keberadaan SPH Lalut Birai tak hanya untuk kepentingan konservasi semata, namun juga diupayakan membawa keuntungan finansial bagi masyarakat setempat. Untuk konsumsi para staf, SPH Lalut Birai menampung berbagai bahan makanan yang dijual penduduk. Meski terkadang stok makanan sudah berlimpah, para staf tak pernah menolak barang-barang yang dibawa penduduk. Hal itu dimaksudkan untuk menghargai upaya masyarakat yang telah jauh-jauh berjalan kaki datang ke Lalut Birai. Kini, setelah lembaga donor yang selama ini membiayai keberadaan SPH Lalut Birai berencana untuk tak lagi melanjutkan pemberian bantuannya. Pasalnya, WWF berencana mengelola SPH tersebut dengan bantuan masyarakat setempat.(SID/Tim Liputan 6 SCTV)
    Video Terkini