Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter (SR) menggoyang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh pada pukul 05.03 WIB. Gempa Aceh tersebut terjadi di kedalaman 15 kilometer dan merobohkan ratusan bangunan. Akibatnya 25 orang meninggal.
BMKG menyatakan, gempa Aceh terjadi di 5.25 Lintang Utara dan 96.24 Bujur Timur, dengan kedalaman 15 km. Gempa tersebut tidak menimbulkan gelombang tsunami, walaupun wilayah utara Pidie Jaya berbatasan langsung dengan selat malaka. Apa sebabnya?
Baca Juga
"Gempa bumi ini tidak menimbulkan tsunami, karena gempa ini berpusat di darat, dan kekuatannya tidak cukup kuat untuk membangkitkan perubahan di dasar laut yang dapat memicu terjadinya tsunami," terang Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Mochammad Riyadi dikutip dari situs BMKG, Rabu (7/12/2016).
Advertisement
Riyadi mengatakan, dari hasil monitoring BMKG selama tiga jam pada pukul 05.03-08.12 WIB, terjadi 10 gempa bumi susulan.
Dia menjelaskan, berdasarkan hasil analisis tingkat guncangan (shakemap), intensitas gempa di sekitar Samalanga III SIG-BMKG (V-VI MMI), Sigli III SIG-BMKG (V-VI MMI), Pidie Jaya III SIG-BMKG (V-VI MMI), Meulaboh II SIG-BMKG (III-IV MMI), sehingga diperkirakan ada kerusakan.
"Hal ini sesuai dengan laporan masyarakat yang diterima BMKG bahwa gempa bumi dirasakan cukup kuat di Sigli," kata dia.
Riyadi mengatakan, berdasarkan posisi dan kedalamannya, gempa Aceh ini disebabkan oleh aktivitas sesar lokal Samalanga - Sipopok. Hasil analisis mekanisme sumber memperlihatkan gempa ini dibangkitkan oleh aktivitas sesar mendatar (strike slip).
Dia pun meminta warga tetap tenang dan tidak terpancing isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa dan tsunami. Namun demikian, warga diimbau tetap waspada.
"Agar tetap waspada dengan kejadian gempa susulan yang pada umumnya kekuatannya semakin mengecil," ucap Riyadi.