Liputan6.com, Jakarta - Gempa 6,5 skala Richter (SR) mengguncang Pidie Jaya, Aceh. Gempa Aceh tersebut menyebabkan ratusan bangunan roboh. Tim SAR gabungan masih mencari korban yang diduga berada di antara reruntuhan bangunan tersebut.
Namun, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan tim menghadapi sejumlah kendala dalam evakuasi tersebut. Salah satunya alat berat untuk membantu menyingkirkan reruntuhan bangunan.
"BPBD Kabupaten Pidie Jaya kekurangan alat berat untuk mengevakuasi korban yang terimpit bangunan roboh," tulis Sutopo dalam pesan tertulisnya, Jakarta, pada Rabu 7 Desember 2016.
Advertisement
Meski demikian, tim SAR gabungan masih berupaya maksimal dengan perlengkapan seadanya.
Menurut data BNPB, hingga pukul 20.30 WIB, Rabu 7 Desember 2016, tim SAR menemukan 94 korban meninggal dunia akibat gempa Aceh. Adapun ratusan lainnya luka-luka, dan beberapa warga masih dinyatakan hilang.
Dia mengatakan sudah ada beberapa bantuan logistik untuk penanganan awal gempa Aceh.
"Bantuan logistik dan peralatan bantuan dari BNPB yang sudah diberikan bantuan untuk perkuatan kapasitas BPBD saat digunakan. Bantuan berupa tenda, permakanan, peralatan SAR, kendaraan dan lainnya," Sutopo menjelaskan.
Menurut dia, PMI Provinsi Banten juga sudah menyalurkan bantuannya. Bantuan itu berupa 500 paket family kit, 500 paket hygiene kit, 1.000 selimut, 200 kantong mayat, 50 rompi, 500 tarpaulin.
"BPBA dalam perjalanan untuk memberikan bantuan berupa tenda posko 1 unit, tenda pengungsi 1 unit, tenda keluarga 5 unit, velbed 20 unit, lauk pauk 100 paket, makanan tambahan gizi 100 paket, selain itu BPBA membawa alat evakuasi gempa untuk menghancurkan sisa bangunan," tutur Sutopo.
Hingga kini, korban gempa Aceh masih membutuhkan uluran tangan.