Liputan6.com, Aceh - Gempa Aceh berkekuatan 6,5 Skala Richter (SR) terjadi sekitar pukul 05.00 WIB, Rabu 7 Desember 2016. Gempa yang berpusat di Kabupaten Pidie Jaya ini meruntuhkan beberapa bangunan dan membuat masyarakat panik berhamburan keluar rumah dan menjauh dari bibir pantai.
Mereka trauma dengan tragedi tsunami yang terjadi pada 2004 silam. Segala upaya dilakukan agar terhindar dari bencana tersebut.
Baca Juga
Seperti yang dilakukan warga Pante Raja, Pidie, Sofian. Saat merasakan getaran gempa Aceh pada jelang salat subuh itu, ia langsung menghidupkan kendaraan roda duanya. Sofian bersiap menyelamatkan istri dan ketiga anaknya ke tempat yang lebih tinggi.
Advertisement
"Kami trauma tsunami dulu, takut tsunami lagi makanya saya ngebut melarikan diri," ujar Sofian yang terbaring lemas di rumah sakit umum daerah Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh, Kamis (8/12/2016).
Saat tsunami 2004 lalu, Sofian juga turut menjadi korban. Karena itu dia mencoba menyelamatkan keluarga kecilnya agar tidak menjadi korban gempa Aceh kali ini.
Namun nahas, saat mencoba menyelamatkan diri, sepeda motor Sofian terperosok ke dalam jalan yang terbelah diakibatkan gempa. Akibatnya ia beserta anak dan istrinya tersungkur ke jalan.
"Saya tidak tahu kalau banyak jalan yang terbelah, suasana juga gelap karena mati lampu, ban honda (sepeda motor) saya masuk dalam lobang hingga kami jatuh semua," tutur dia.
Dirawat di RSUD
Lantaran mengalami luka, Sofian pun menjalani perawatan di RSUD Sigli. Pun dengan putranya, M Rifal. Sedangkan anak keduanya, Novi yang berusia 9 tahun terbaring lemas dengan infus di tangannya.
Selain Sofian, ada ratusan korban lainnya yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Sigli.
Pada umumnya, korban dirawat dalam tenda darurat yang didirikan di halaman rumah sakit. Hal ini sebagai langkah antisipasi menghindari jika gempa susulan kembali terjadi.
Sekitar 500 lebih korban gempa dirawat di rumah sakit Sigli kabupaten Pidie Jaya. Lantaran banyaknya jumlah pasien, ruang di rumah sakit itu pun penuh sesak.
Hingga menjelang malam korban terus berdatangan, ambulans berseliweran antar jemput korban luka maupun meninggal yang dievakuasi tim SAR dari dalam reruntuhan.
Rata-rata bangunan yang runtuh merupakan roko berlantai dua dan tiga. Beberapa alat berat juga dikerahkan untuk mengevakuasi para korban.
Sedangkan malam hari, masyarakat Pidie Jaya tidak berani tidur di dalam rumah. Mereka masih trauma akan terjadi gempa susulan.
"Keluarga sudah mengungsi ke rumah neneknya, saya sendiri cuma jaga-jaga karena banyak barang di dalam," ujar warga Pidie, Yusuf.
Untuk tempat evakuasi, pemerintah setempat telah mendirikan beberapa tenda darurat di lapangan tepi jalan raya. Di tempat ini, bantuan dari masyarakat untuk korban gempa Aceh terus berdatangan.